Lingkungan Pendidikan

Posted By rizkahandiani on Wednesday, December 9, 2015 | 5:41 AM



1.      Pengertian Dan Fungsi Lingkungan Pendidikan

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et.al,1990: 39-40). Seperti diketahui lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Makin bertambah usia seseorang peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni sekolah dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap berlanjut.

Menurut Sartain (Ahli psikologi Amerika), lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita , pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Lingkungan itu dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1)      Lingkungan alam atau luar (external or physical environment).
2)      Lingkungan dalam (internal environment) dan
3)      Lingkungan social atau masyarakat (social environment).

Sebagai pelaksanaan pasal 31 ayat 2 dari UUD 1945, telah di tetapkan UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sisdiknas (beserta peraturan pelaksanaannya) yang menata kembali pendidikan di Indonesia, termasuk lingkungan pendidikan sisdiknas itu membedakan dua jalur pendidikan, yakni jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah adalah pendidikan yang di selenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang berjenjang dan bersinambungan, mulai dari pendidikan prasekolah (taman kanak-kanak), pendidikan dasar (SD dan SLTP), pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang harus berjenjang dan bersinambungan, baik yang di lembagakan maupun tidak, yang meliputi pendidikan keluarga, pendidikan prasekolah (seperti kelompok bermain dan penitipan anak), kursus, kelompok belajar, dan sebagainya.

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, social, dan budaya) utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan lingkungan pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efesien dan efektif. Seperti diketahui proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya akan berlangsung secara alamiah dengan kosekuensi bahwa tumbuh kembang itu mungkin berlangsung lambat dan menyimpan dari tujuan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai usaha sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan itu sedemikian rupa agar dapat diperoleh peluang pencapaian tujuan secara optimal, dan dalam waktu serta dengan daya / dana yang seminimal mungkin. Dengan demikian diharapkan mutu sumber daya manusia makin lama semakin meningkat. Hal itu hanya dapat di wujudkan apabila setiap lingkungan pendidikan tersebut dapat melaksanakan fungsinya sebagai mana mestinya.

2.      Jenis-jenis Pendidikan

Berdasarkan ciri-ciri penyelenggaraan pendidikan terbagi menjadi 3 yaitu:

2.1  Pendidikan Formal

a.       Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis.
b.      Usia siswa / anak didik di suatu jenjang relatif homogen.
c.       Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
d.      Isi pendidikan/materi lebih banyak yang bersifat akademis dan umum.
Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.

2.2  Pendidikan informal

a.       Tidak diselenggarakan secara khusus.
b.      Medan (lingkungan pendidikannnya) tidak diadakan dengan maksud khusus menyelenggarakan pendidikan.
c.       Tidak diprogramkan secara tertentu.
d.      Tidak ada waktu belajar tertentu.
e.       Metodenya tidak formal.
f.       Tidak ada evaluasi yang sistematis.
g.      Tidak diselenggarkan oleh pemerintah.

2.3  Pendidikan nonformal

a.       Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah.
b.      Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah.
c.       Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek.
d.      Peserta tidak perlu homogen.
e.       Ada waktu belajar dan metode formal serta evaluasi yang sistematis.
f.       Isi pendidikan bersifat praktik dan khusus.
g.      Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan meningkatkan taraf hidup.

3.      Peranan dan Tujuan Tripusat Pendidikan

Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga,sekolah,dan masyarakat,dan ketiganya di sebut tripusat pendidikan. Lingkungan pendidikan yang mula-mula tetapi terpenting adalah keluarga. Pada masyarakat yang masih sederhana dengan struktur social yang belim kompleks,cakrawala anakn sebagian besar masih terbatas pada keluarga. Pada masyarakat tersebut kelurga mempunyai dua fungsi: fungsi produksi dan konsumsi. Ke dua fungsi itu menpunyai pengaruh yang sangat besar terhadap anak. Kehidupan masa depan anak pada masyarakat tradisional umumnya tidak jauh berbeda dengan kehidupan orangtuanya. Pada masyarakat tersebut,orangtua yang mengajar pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan untuk hidup; orang tua pula yang melatih dan member petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan,sampai anak menjadi dewasa dan berdiri sendiri. Tetapi pada masyarakat modern di mana indutrialisasi semakin berkembang dan memerlukan spesialisasi, maka pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluarga itu kini sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga social lainnya. Pada tingkat yang paling permulaan fungsi ibu sebagian sudah di ambil alih oleh pendidikan prasekolah. Pada tingkat spesialisasi yang rumit, pendidikan keterampilan sudah tidk berada pada tinggi. Bahkan fungsi pembentukan watak dansikap mental pada masyarakat modern di ambil alih oleh sekolah dan organisasi social lainnya seperti perkumpulan pemuda dan pramuka, lembaga-lembaga keagamaan, media massa, dan sebagainya.

3.1  Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah.keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu dan anak ), ataupun keluarga yang di perluas (disamping inti, ada orang lain :kakek/nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak. Disamping factor iklim social itu, factor-faktor anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.

Fungsi dan peranan keluarga, di samping pemerintah dan masyarakat, dalam sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta tanggu jawab terhadap pendidikan lainnya. Khususnya untuk pendidikan keluarga, terdapat beberapa ketentuan dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sisdiknas yang menegaskan fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan  keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan (pasal 10 ayat 4). Dalam penjelasan undang-undang tersebut ditegaskan bahwa pendidikan keluarga itu merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan (pendidikan individual) maupun pendidikan social. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kea rah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Memang manusia mempunyai naluri pedagogis, yang berarti bahwa buat ibu bapak perilaku pendidikan itu merupakan akibat “naluri” untuk melanjutkan keturunan (Ki Hajar Dewantoro, 1962; dari Wayan Ardhana, 1986: Modul 4/5-6).

Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal.

Akhirnya perlu ditegaskan lagi bahwa disamping pendidikan keluarga itu, keluarga juga seyogianya, ikut mendukung program-program lingkungan pendidikan lainnya (kelompok bermain, penitipan anak, sekolah, kursus / kelompok belajar, seperti pramuka, palang merah remaja, dan lain-lain). Keikutsertaan keluarga itu dapat pada tahap perencanaan, pemantauan dalam pelaksanaan, maupun dalam evaluasi dan pengembangan, dan dengan berbagai cara (daya, dana, dan sebagainya). Dan tidak kalah pentingnya adalah upaya koordinasi yang keserasian antar ketiga pusat pendidikan itu.

3.2  Lingkungan Sekolah

Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja di
rancang untuk melaksanakan pendidikan. Seperti telah di kemukakan bahwa karena kemajuan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakinpenting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya itu. Dari sisi lain, sekolah juga menerima banyak kritik atas berbagai kelemahan dan kekurangan nya, yang mencapai puncaknya dengan gagasan Ivan Ilich untuk membebaskan masyarakt dari wajib sekolah dengan buku yang terkenal Bebas dari sekolah(deschooling society, 1972/1982).

Salah satu aternatif yang mungkin dilakukan disekolah untuk melaksanakan kebijakan
nasional itu adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan (training centre) manusia Indonesia dimasa depan. Dengan kata lain, sekolah sebagai pusat pendidikan adalah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena memanfaatkan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri ke indonesian. Dengan demikian, pendidikan di sekolah seyogianya secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan, dan pemilikan keterampilan, peserta didik.

Suatu alternative yang mungkin sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain :

Ø  Pengajaran yang mendidik

Yakni pengajaran yang secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan instruksional bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Hal itu dapat terlaksana dengan efisien dan efektif apabila guru mempunyai wawasan kependidikan yang mantap serta menguasai berbagai strategi belajar mengajar. Penguasaan berbagai strategi belajar mengajar akan member peluang untuk memilih variasi kegiatan belajar mengajar yang bermakna, sedangkan kemantapan wawasan kependidikan akan member landasan yang tepat dan kuat di dalam pemilihan tersebut.

Ø  Pengkajian untuk pembentukan pengetahuan-pemahaman, yang seyogianya diwujudkan
secara utuh, baik hasilnya (fakta, pengertian, kaidah, dan sebagainya) maupun prosesnya. Untuk maksud tersebut, pengalaman belajar harus dirancang dan dilaksanakan dalam bentuk yang beraneka ragam, seperti :
a.       Dari segi caranya : mendengarkan ceramah, membaca buku, berdiskusi, melakukan pengamatan langsung atau percobaan laboratorik, dan sebagainya.
b.      Dari segi peranan subjek didik di dalam pengolahan pesan (apa yang di pelajarinya): ekspositorik yakni pesan diolah hanya oleh guru, ataukah heuristic/problematic yakni pesan diolah bersama oleh guru dan siswa.
c.       Dari segi cara pengolahan pesan: deduktif (dari umum ke khusus) ataukah induktif (dari khusus ke umum).
d.      Dari segi pengaturan subjek didik: kelompok besar (klasikal), kelompok kecil ataukah perseorangan (individual).

Ø  Latihan sasaran untuk pembentukan keterampilan (fisik, social, maupun intelektual). Pembentukan intelektual). Pembentukan keterampilan itu memerlukan perbuatan langsung, baik dalam situasi nyata maupun simulative, disertai dengan pemberian balikan (feed back) yang spesifik dan segera.

Ø  Penghayatan kegiatan/peristiwa surat nilai untuk sasaran pembentukan nilai dan sikap (efektif),dengan pelibatan secara langsung, baik sebagai pelaku maupun penerima perlakuan.

Demikianlah beberapa alternatif yang dapat di lakukan untuk meningkatkan fungsi sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan alternatif itu tentulah seiring dengan upaya peningkatan mutu masukan instrumental dari sekolah, seperti kurikulum, tenaga kependidikan, sarana/prasarana, dan lain-lain. Di samping itu, penataan system persekolahan perlu pula mendapat perhatian khusus agar jenis dan jumlah setiap jenis itu tertata secara proporsional sesuai dengan kebutuhan pembangunan, baik dalam suatu wilayah (umpama provinsi) maupun untuk kebutuhan nasional. Akhirnya perlu pula dikemukakan tentang siswa sebagai masukan dalam system persekolahan, utamanya tentang kesesuaian kemampuan potensial dengan jenis dan jenjang yang dicita-citakan. Kebutuhan masyarakat akan tenaga pembangunan yang bermutu, baik pada lapis pelaksana maupun pada lapis perencana dan pemikir akan sama pentingnya sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak hanya mampu swasembada ketenagakerjaan tetapi juga mampu mengekspornya.

3.3  Lingkungan Masyarakat

Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:

a.       Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
b.      Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok social di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.

c.       Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.

Dari tiga hal tersebut diatas, yang kedua dan ketigalah yang terutama menjadi kawasan dari
kajian masyarakat sebagai pusat pendidikan. Namun perlu ditekankan bahwa tiga hal tersebut hanya dapat dibedakan, sedangkan dalam kenyataan sering sukar di pisahkan.

Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari
masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Untuk Indonesia, perkembangan masyarakat itu sangat bervariasi, sehingga wujud social kebudayaan dalam masyarakat Indonesia ini, menurut Koentjaraningrat (dari Wayan Ardhana,1986: Modul 1/71-72) paling sedikit dapat dibedakan menjadi 6 tipe social-budaya, sebagai berikut:

a)      Tipe masyarakat berdasarkan system berkebun yang amat sederhana, hidup dengan berburu, dan belum mempunyai kebiasaan menanam padi. System dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil tanpa diferensiasi dan stratifikasi yang berarti.

b)      Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di lading atau sawah dengan tanaman pokok padi. System dasar kemasyarakatannya adalah komunikasi petani dengan diferensiasi dan stratifikasi social sedang, dan yang merasakan diri sebagai bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar. Gelombang pengaruh kebudayaan Hindu dan agama Islam tidak dialami. Arah orientasinya adalah masyarakat kota dengan peradaban kepegawaian.

c)      Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan system bercocok tanam di ladang atau sawah dengan tanaman pokok padi. System dasar kemasyarakatannya adalah desa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi social sedang, gelombang pengaruh kebudayaan Hindu tidak dialami atau sangat kecil, sehingga terhapus oleh pengaruh agama Islam. Arah orientasinya adalah masyarakat kota yang mewujudkan peradaban bekas kerajaan, bergadang dengan pengaruh islam, bercampur dengan peradaban kepegawaian.

d)     Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan system bercocok tanam di sawah dengan tanaman pokok padi. System dasar kemasyarakatannya adalah komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi social yang agak kompleks. Masyarakat ini mengalami semua gelombang pengaruh kebudayaan asing. Seperti kebudayaan Hindu, agama Islam, dan Eropa. Arah orientasinya adalah masyarakat kota yang mewujudkan peradaban kepegawaian.

e)      Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai cirri-ciri pusat pemerintah dengan sector perdagangan dan industry yang lemah. Tipe masyarakat metropolitan yang mengembangkan sector perdagangan dan industry, tetapi masih di dominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintah dengan suatu sector kepegawaian yang luas dan kesibukan politik ditingkat daerah ataupun pusat.

Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok social yang mempunyai
peran dan fungsi edukatif yang besar antara lain: kelompok sebaya, organisasi kepemudaan (pramuka, karang taruna, remaja mesjid, dan sebagainya), organisasi keagamaan, organisasi ekonomi, organisasi politik, organisasi kebudayaan, media massa, dan sebagainya. Terdapat beberapa fungsi kelompok sebaya terhadap anggotanya (Wayan Ardhana, 1986: Modul 5/19) antara lain:

a)      Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

b)      Memperkenalkan kehidupan masyarakat lebih luas.

c)      Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.

d)     Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari pengaruh kekuasaan otoritas.

e)      Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak.

f)       Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, music, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-lain).

g)      Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks.

Akhirnya perlu dikemukakan salah satu factor dalam lingkungan masyarakat yang makin
penting peranannya yakni media massa. Pada umumnya media massa itu mempunyai tiga fungsi, yakni informasi , edukasi, dan rekreasi. Karena kemajuan teknologi komunikasi pada massa ini, dan terlebih massa yang akan datang, maka media massa sedang mengalami perubahan yang cepat. Media massa sebagai alat komunikasi dan rekreasi yang menjangkau banyak orang telah menjadi suatu kekuatan pendorong yang besar dalam kehidupan orang. Wayan Ardhana (1986: Modul 4/23) mengemukakan bahwa media massa memiliki tiga macam pengaruh. Pertama, pengaruh sosialisasi dalam arti luas, utamanya tentang sikap dan nilai-nilai dasar masyarakat serta model tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua, pengaruh khusus jangka pendek,media massa mungkin menyebabkan orang membeli produk tertentu ataupun memberi suara/penting dapat dengan cara tertentu. Ketiga, media massa memberikan pendidikan dalam pengertian yang lebih formal, yaitu dalam memberikan informasi atau menyajikan pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu.

4.      Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan

Dikaitkan dengan tiga poros kegiatan utama pendidikan (membimbing, mengajar, dan
melatih seperti tersebut Ayat 1 Pasal 1 UU RI No. 2/1989), peranan ketiga tripusat pendidikan itu bervariasi meskipun ketiganya melakukan kegiatan pokok dalam pendidikan tersebut. Kaitan antara tripusat pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemahiran keterampilan dilukiskan pada Bagan 5.1 (hlm. 183).
            Dari Bagan 5.1 tersebut dilukiskan bahwa setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:

1)      Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.

2)      Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.

3)      Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Kontribusi itu akan berada bukan hanya antarindividu, tetapi juga factor pusat pendidikan itu
sendiri yang bervariasi di seluruh wilayah Nusantara. Namun kecenderungan umum, utamanya pada masyarakat modern, kontribusi keluarga pada aspek penguasaan pengetahuan dan pemahiran keterampilan makin mengecil dibandingkan dengan kontribusi sekolah dan masyarakat.






5.      Kesimpulan

            Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada yang sengaja di adakan (usaha sadar) dan ada yang tidak usaha sadar dari orang dewasa normatif yang disebut pendidikan, sedang yang lain disebut pengaruh. Lingkungan yang dengan sengaja di ciptakan untuk mempengaruhi anak ada 3 yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini disebut lembaga pendidikan atau satuan pendidikan dimana ketiga-tiganya memiliki hubungan timbal balik dalam tanggung jawab mendidik anak.

5.1  Keluarga

            Keluarga adalah lingkungan yang pertama bagi anak. Disinilah ia pertama kali mengenal nilai dan norma. Karena itu keluarga merupakan pendidikan tertua yang bersifat informal pendidikan  di lingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk individu social dan religious,

5.2  Sekolah
  
            Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak. Disinilah potensi anak akan ditumbuh kembangkan. Sekolah merupakan tumpuan dan harapan orang tua, masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas sekolah lebih penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-semata sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan.

5.3  Masyarakat

            Masyarakat adalah salah satu lingkungan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, social budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.















DAFTAR PUSTAKA


Tirtarahaja, Umar. 2005 Pengantar Pendidikan Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Mudyaharjo, Redja. 2008 Pengantar Pendidikan Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Dalyono, m. 2005 Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rostiawati, Yustina 1996 Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Blog, Updated at: 5:41 AM

0 comments:

Post a Comment

Featured post

keyla tak mampu setia accoustic

About Me

My photo
kenalin nama gue riska handiani, biasa dipanggil sama temen-temen gue dari gue sekolah tk sampai sekarang sih ada yang riska, caca, cacong, tita, ngka, iska, siska. gue anak dari 1 bersaudara yah bisa dibilang anak tunggal yang kata orang bilang itu menyenangkan asik lah tapi menurut gue malah kebalikan rasanya sepi dirumah walaupun dirumah ada sepupu. oh iya gue paling seneng kalau udah tanggal 9 bulannya maret karena itu hari spesial menurut gue hehe..

fanspage

Total Pageviews

Popular Posts

Powered by Blogger.

Clock