Pembelajaran bilangan bulat diberikan setelah
pembelajaran bilangan cacah, bilangan asli, dan bilangan pesahan positif.
Pemahaman dan penggunaan bilangan bulat negatif sudah menjadi kebutuhan manusia
untuk bisa hidup dalam lingkungannya. Karenanya makin awal anak memahami
bilangan bulat negatif makin baik. Namun, karena waktu yang tersedia untuk
pelajaran matematika maka topik bilangan bulat negatif baru dapat diberikan
pada kelas atas SD.
Bagi kita sebagai seorang guru SD yang akan mengajarka
mata pelajaran matematika di SD tentunya sudah mengenal dengan apa yang disebut
bilangan bulat. Kita sudah tahu bahwa bilangan bulat adalah penggabungan dari
bilangan-bilangan cacah yaitu 0, 1, 2, 3, ..., dan seterusnya. Dengan bilangan-bilangan
asli yang negatif, yaitu -1, -2, -3, -4, ... dan seterusnya. Jadi,
bilangan-bilangan bulat yaitu ..., -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4,... terdiri
dari bilangan-bilangan bulat positif ( bilangan-bilangan asli)b yaitu 1, 2, 3,
4,... bilangan-bilangan bulat negatif yaitu ..., -4, -3, -2, -1 dan bilangan
nol (0), yaitu bilangan yang tidak positif dan tidak pula negatif (netral).
Sedangkan bilangan-bilangan cacah adalah penggabungan bilangan-bilangan asli
dengan nol (0). Hubungan antara bilangan-bilangan asli, cacah, nol, dan bulat
secara singkat dapat disajikan sebagai berikut. (Gambar 3.1).
bilangan cacah
dst ... -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, ... dst
bilangan bulat
negatif bilangan bulat
positif (bilangan asli)
nol
(bilangan yang tidak
positif dan tdak negatif)
Gambar
3.1.
Sebenarnya yang menjadi masalah utama bagi kita adalah
bagaimana cara-cara mengajarkan konsep bilangan-bilangan bulat ini, khususnya
bilangan-bilangan bulat negatif kepada para siswa di SD?. Mengingat
konsep-konsep bilangan bulat ini untuk pertama kalinya didengar, diketahui,
dipahami dan dimengerti adalah di SD. Khusus mengenai bahasan ini akan kita
diskusikan pada bagian akhir pada kegiatan belajar 1 (penerapan bilangan
negatif dalam masalah sehari-hari).
Perlu pula dijelaskan, bahwa keberadaan bilangan bulat
adalah suatu kebetulan sekaligus sebagai perluasan dari keberadaan bilangan
cacah saja, kita belum mampu menjawab masalah yang terdapat pada matematika
maupun dalam keseharian, misalnya
“Berapakah 4 - 7 ?”, “Hitunglah x dari persamaan x – 9 = 3”, “Dua ratus
meter dibawah permukaan tanah”. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka para
ahli menciptakan bilangan baru, yaitu bilangan bulat negatif.
Titik nol adalah titik nol yang mewakili bilangan nol.
Titik-titik yang ada disebelah kiri titik nol mewakili bilangan bulat negatif
dan titik-titik disebelah kanan bilangan nol mewakili bilangan bulat positif.
Selanjutnya guru menjelaskan, bahwa dari garis bilangan
asli yang merupakan representasi bilangan asli berkembang ke garis bilangan
cacah merupakan representatif dari bilangan cacah. Kemudian dari garis bilangan
cacah dapat berkembang lagi dengan cara memperpanjang ke sebelah kiri sehingga
diperoleh
garis bilangan bulat sebagai pepresentasi dari bilangan
bulat. Representasi bilangan-bilangan asli, bilangan-bilangan cacah dan
bilangan-bilangan bulat pada garis bilangan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, kita telah
mendapatkan garis bilangan bulat sebagai representasi dari bilangan-bilangan
bulat. Kumpulan bilangan-bilanganh bulat yang jumlahnya sangat banyak yaitu tak
berhingga dapat6 dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu :
1.
Kumpulan bilangan-bilangan bulat positif
(bilangan asli) : 1, 2, 3, 4, 5, ... dan seterusnya.
2.
Kumpulan bilangan-bilangan bulat negatif : -1,
-2, -3, -4, -5, ... dan seterusnya.
3.
Bilangan nol atau 0, yaitu bilangan bulat yang
tidak positif dan tidak pula ndegatif.
Setelah para siswa memahami konsep bilangan bulat maka
dalam kesempatan sekarang inin kita akan mempelajari konsep hubungan antar
bilangan bulat. Seperti telah diketahui dari pelajaran sebelumnya bahwa
hubungan itu dapat berupa ketidaksamaan, yaitu “kurang dari” atau “lebih kecil
dari” dan “lebih dari” atau “lebih besar dari”.
Bilangan bulat a lebih kecil dari bilangan bulat b jika
ada bilangan bulat c sehingga a = c = b atau a = b - c. Lambang untuk “lebih
kecil dari” adalah “6 < 9”, sedangkan lambang untuk “lebih besar dari”
adalah “ > “.
a < b jika ada
bilangan positif c sehingga a = c = b
|
3 < 5 sebab 3=2 =
5
4 < 6 sebab 4 =2 = 6
-7 < -4 sebab -7 + 3
= -4
-3 < 2 sebab -3 + 5 = 2
|
Dengan cara pembelajaran yang sama, kita dapat membimbing
para siswa untuk memahami konsep “lebih besar dari” ( > ). Alternatif
langkah-langkahnya dapat dilakukan seperti diatas. Namun, sebelumnya perlu
diarahkan bahwa bilangan bulat a lebih besar dari bilangan bulat b ( a > b )
jika ada bilangan bulat c sehingga a = b + c atau a – c + b.
Kegiatan lainnya dapat
dilakukan dengan membimbing para siswa mengurutkan dan menentukan posisi
bilangan bulat dengan menggunakan garis bilangan. Dalam membuat garis bilangan
ini terlebih dahulu ditetapkan panjang satuannya dan sebuah titik yang
ditentukan bilangannya, misalnya 3. Dari titik 3 ini dibuat titik-titik yang
berjarak 1, 2, 3, 4, dan seterusnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.
Sebetulnya pengertian
“lebih besar dari” dapat saja diturunkan melalui tanya jawab secara sederhana
dari pengertian “lebih kecil dari”, yaitu a > b jika b < a, sebab jika
titik yang mewakili bilangan a pada garis bilangan ada di sebelah kanan titik
yang mewakili bilangan b maka titik b ada di sebelah kiri titik a.
Selanjutnya untuk lebih
memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep hubuingan ketidaksamaan ini yaitu
untuk “ lebih besar dari” dan “lebih kecil dari”, kita berikan beberapa variasi
soal latihan di kelas atau untuk di rumah, misalnya para siswa diminta untuk
melengkapi bagan seperti berikut.
Pada garis bilangan
titik -3 terletak disebelah kiri titik -1, berarti -3 < -1
Titik -5 < 2 sebab
titik -5 terletak disebelah kiri titik 2
|
Dari uraian tanya jawab
di atas, guru bersama para siswa dapat menyimpulkan bahwa, jika titik a
terletak di sebelah kiri titik b maka a < b dan jika titik a terletak di sebelah
kanan titik b maka a > b.
BILANGAN YANG TERLETAK DI ANTARA DUA
BILANGAN BULAT
Perlu pula diketahui bahwa diantara dua
bilangan bulat yang berurutan terletak sangat banyak sekali bilangan lain.
bilangan-bilangan lain ini tentu saja bukan merupakan bilangan bulat, misalnya
diantara bilangan 2 dan 3 terletak bilangan-bilangan , misalnya
,
,
,dan
sebagainya. Demikian pula diantara dua bilangan bulat yang berurutan lainnya selalu terdapat tak hingga
banyaknya bilangan lain yang bukan bilangan bulat.
Selanjutnya kita perlu memberikan
penjelasan tentang arti kedudukan dari suatu bilangan bulat negatif , karena
ada pula bilangan negative yang tidak bulat yaitu yang terletak diantara
bilangan-bilangan bulatnya seperti
dan
serta bilangan-bilangan negative lainnya.
bilangan
terletak diantara nol (0) dan negative 1 (-1)
, sedangkan
akan berada diantara negative 3 (-3) dengan
negative 4 (-4) , dan lain lain. bilangan-bilangan seperti ini dikenal sebagai
bilangan pecahan negative.
LAWAN SUATU BILANGAN BULAT
Perlu kita
perhatikan bahwa sebenarnya ada perbedaan antara tanda bilangan negative dengan
tanda pengerjaan operasi hitung kurang. Ada perbedaan antara (-) pada
-5(negative 5) dengan tanda (-) pada -5 (kurang lima). Bilangan bulat negative
9 semestinya ditulis ‾9 bukan -9.karena sulit dalam pencetakan maka keduanya
ditulis sama. Namun demikian kita harus menanamkan perbedaan konsep antara
tanda kurang dan bilangan negative.
Hendaknya pada tulisan negative 5
dibedakan dengan tanda (-) pada pengerjaan hitung 9-5 (Sembilan kurang lima).
Tanda (-) pada pengertian yang pertama , yaitu -5 menunjukan bilangan bulat
negative bahwa kedudukan bilangan -5 pada suatu garis bilangan berada disebelah
kiri titik pangkal nol (0) , dan disebut dengan bilangan negative 5 . sedangkan
pada tanda (-)pada bentuk 9-5 menunjukan ops.kurang .
1) 9-5 dibaca Sembilan kurang lima
2) -9 – 5 dibaca negative Sembilan kurang lima
3) 9 – (-5) dibaca Sembilan dikurang negative
lima
4) -9 – (-5) dibaca negative 9 dikurang negative
lima
Misalnya, kita menunjukkan pada garis bilangan
dan menjelaskan bahwa letak titik -3 berjarak 3 satuan disebelah kiri titik
pangkal nol (0) dan letak 3 ada di sebelah kanan titik pangkal nol . dikatakan
-3 adalah lawan dari 3 karena -3 ada di sebelah kiri pangkal titik nol
sedangkan 3 ada disebelah kanan pangkal titik nol.
PENERAPAN BILANGAN NEGATIF DALAM MASALAH
SEHARI-HARI
Tanpa disadari para siswa SD telah mengenal
konsep tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.Misalnya :
1. Ani maju 3 langkah , sedangkan Ali mundur 4
langkah . Contoh seperti ini bisa kita
jelaskan kepada anak SD dengan cara: ketika
Ani maju 3 langkah bisa menjadi Ani
maju sebanyak positif 3 langkah (+3) dan Ali
mundur 4 langkah bisa menjadi Ali
mundursebanyak negative 4 langkah (-4)
4
|
3
|
2
|
1
|
1
|
0
|
3
|
2
|
Ali
Ali Ani
Ani
2. Kemudi kapal berada 2 meter diatas permukaan
air dan baling-baling kapal berada 1 meter dibawah permukaan air. “ kapal
berada 2 meter diatas air ” bisa menjadi positif 2 , dan “ 1 meter dibawah
permukaan air ” bisa menjadi negative 1 .
3. Ahmad mempunyai uang 5000 rupiah dan Tika
memiliki utang 4000 rupiah. ( Ahmad mempunyai uang positif 5000 dan tika
memiliki utang negative 4000.
A.OPERASI PENJUMLAHAN,PENGURANGAN,PERKALIAN,DAN
PEMBAGIAN
1.Operasi Penjumlahan
Operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat sering
pula di sebut sebagai pengerjaan hitung penjumlahan bilangan bulat atau
penjumlahan bilangan bulat. Dalam penjumlahan bulangan bulat seperti halnya
penjumlahan pada bilangan asli dan bilangan cacah,yaitu kita menggunakan tanda
tambah atau plus dengan notasi (+) dan tanda kurang atau selisih atau minus
dengan (-) .
Untuk menjelaskan sebagian pengerjaan hitung pada
bilangan bulat, khususnya bilangan bulat negatif akan kita gunakan garis
bilangan .karena dengan garis bilangan ini akan memudahkan anak dalam memahami
mengerjakan hitung .selain itu, sebagian pengerjaan hitung pada bilangan bulat
negatif tidak dapat lagi menggunakan tanda tanda real, gambarnya, maupun
diagramnya.hal ini berbeda dengan pengerjaan hitung untuk bilangan bulat tidak
negatif (bilangan cacah) seperti telah kita lihat dalam modul sebelumnya.
- Tatkala menggunakan garis bilangan ini sebaiknya kita menyiapkan kapur berwarna atau spidol 5+2=
berwarna sehingga warna untuk lambang bilangan pada garis
bilangan dengan lambang bilangan yang menunjukan langkah langkah pengerjaannya
berbeda .
Untuk memudahkan pemahaman anak didik dalam melakukan
penjumlahan bilangan bulat,sebaiknya sebagai apersepsinya kita ulangi lagi
sepintas mengenai penjumlahan dan pengurangan ( yang selisihnya positif)
misalnya kita akan menjelaskan pengerjaan :
dari titik nol melangkah
ke kanan (maju) sebanyak 5 langkah (satuan) di lanjutkan dengan melangkah ke
kanan (maju) sebanyak dua langkah (satuan) lagi , dan hasilnya dapat di lihat
pada garis bilangan,yaitu 5+2=7
- 25-23=
setelah memberikan contoh
seperti di atas,selanjutnya kita menyuruh salah seorang anak untuk menggunakan
cara yang sama untuk mengisi kotak pada garis bilangan,misalnya 25+(-23) =
Dari contoh contoh di atas
nampak bahwa penjumlahan dapat di tunjukan oleh gerakan melangkah ke sebelah
kanan atau maju sedangkan pengurangan oleh tindakan melangkah ke sebelah
kiri,atau mundur .
bilangan bulat positif
diragakan oleh gerakan (pergeseran) kesebelah kanan atau maju, sedangkan
bilangan bulat negatif diragakan oleh gerakan (pergeseran) sebelah kiri atau
mundur .
Langkah berikutnya, kita mendiskusikan dengan para
sisiwa penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, dan
bilangan bulat negatif dengan bilangna bulat negatif. Misalnya kita mengambil
beberapa contoh berikut ini .
- 5+(-7)=
Perhatikan di sini, pertama-tama dari titik nol
kita bergeser ke kanan sebnyak lima satuan dilanjutkan dengan bergeser kekiri
sebnyak 7 satuan dan hasilnya menunjukan -2. Kenapa kita bergeser ke kanan lima
satuan dan bergeser ke kiri tujuh satuan ? ingat +5 adalah bilangan positif dan
-7 adalah bilangan negatif.
- 6+(-2)= 6-2
Dari titik 0 bergeser ke kanan sebanyak 6
dilanjutkan dengan bergeser ke kiri sebanyak 2 dan hasilnya menunujukan 4. Bila
kita perhatikan peragaan 6+(-2) di atas sama dengan peragaan 6-2 seperti
terlihat pada gambar berikut ini.
Mulai dari 0 bergeser ke kanan 6 satuan
dilanjutkan dengan bergeser ke kiri 2 satuan dan hasilnya menunjukan 4 dari
contoh ini , nampak bahwa penjumlahan dengan bilangan bulat negatif sama saja
dengan pengurangan oleh lawan nya; nyaitu 6+(-2) sama dengan 6-2 dengan 2
adalah lawan dari (-2). Ingat konsep lawan dari suatu bilangan bulat .
- -5+(-3)=
Dari 0 bergeser ke kiri sebnyak lima dilanjutkan
bergeser ke kiri lagi sebanyak tiga.
Dari contoh ini nampak pula bahwa penjumlahan
dengan bilangan bulat negatif sama saja dengan pengurangan oleh lawan nya,
jadi, -5+(-3)= -5 -3 , sebab 3 adalah lawan dari -3.
Selanjutnya salah seorang siswa kita suruh
kedepan untuk meragakan menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat negatif
dengan bilangan bulat positif. Misalnya kita jadikan contoh yang ke 4 sebagai
hasil diskusi dari pekerjaan siswa tadi.
- 2+5
Dari titik 0 bergeser ke kiri sebanyak 2 satuan
dilanjutkan dengan bergeser ke kanan sebanyak 5 satuan dan hasilnya menunjukan
positif 3.
Setelah diberikan beberapa contoh sebagai topik
diskusi seperti di atas tadi, selanjutnya kita berikan beberapa soal sebagai
bahan latihan dikelas atau dirumah, misalnya beberapa variasi soal seperti
berikut ini di minta untuk di hguatkan atau digambarkan pada garis bilangan ;
4+3 = , -3+(-3)=, 5+(-3)=, 3+(-6)=,-4+7=, dan -8+2=.
Sebagai pengayaan atau pendalaman tentang operasi
penjumlahan ini dapat saja kita lanjutkan dengan diskusi untuk mencari
suku-suku yang belum diketahui , misalnya beberapa contoh seperti berikut .
- 5+n=-2
Dari titik 0 bergeser ke kanan sebanyak 5 satuan
(apa sebabnya ?) dilanjutkan bergeser ke titik -2 . (beberapa satuan/langkah
dan kemana arah pergeseran nya?). ternyata dari titik 5 sampai ke titik -2
diperlukan 7 langkah (satuan ) dengan arah pergeseran kesebelah kiri , jadi n=
-7.
- -5 +n=-3
Dari titik 0 bergeser ke sebanyak -5 (sebab
negatif ), dan dari titik -5 bergeser ke kanan sampai ke titik -3 ternyata di
perlukan 2 satuan ke sebelah kiri , berarti n = 2 ingat bergeser kanan berarti
positif dan bergeser ke kiri berarti negatif.
Sebagai bahan pengecekan pemahaman para siswa
diberikan variasi beberapa soal latihan. Misalnya, carilah suku yang belum
diketahui dari soal –soal berikut ; 9+n = 6,6+n= -8,n+(-4)=-8,5+n=-5, n+(-3)=0,
dan 6=n+(-9).
2. Operasi pengurangan
a. 4-7 =n
Dari titik 0 bergeser ke kanan 4 satuan, dilanjutkan
dengan bergeser ke kiri sebanyak 7 satuan dan hasilnya menunjukan titik -3 atau
dapat pula diperagakan berikut ini. Mengurangi
4 dengan 7 sama artinya dengan menambah 4 oleh lawan dari 7 yaitu -7
jadi, 4-7 =4+(-7)=-3 sehingga n = -3 ini berarti pada garis bilangan mulai dari
0 bergeser ke kanan sejauh 4 satuan (sebab positif) , dilanjutkan bergeser ke
kiri sejauh 7 satuan (sebab negatif).
b.-5-3=n
Dari titik 0 bergeser ke kiri sebnyak 5 satuan
dilanjutkan bergeser ke kiri lagi sebanyak 3 satuan dan hasilnya menunjukan
titik -8 atau seperti gambar berikut.
Mengurangi -5 oleh 3 sama
saja dengan menambah -5 oleh lawan 3 yaitu -3 sehingga -5-3=-5+(-3) berarti n
=-8
c.6- (-2)=n
Mengurangi 6 oleh -2 sama
artinya dengan menambah 6 oleh lawan -2 yaitu 2 jadi, 6-(-2)= 6+2= 8 sehingga n
=8 atau seperti gambar berikut .
Dari beberapa contoh di atas, terutama dalam contoh (3)
sebenarnya kita secara tidak langsung telah menggunakan relasi matematika .
pada kedua contoh terakhir memperlihatkan bagaimana mengurangi bilangan bulat
oleh bilangan bulat yang negatif. Unyuk menyelesaikan soal –soal semacam itu,
selain penggunaan garis bilangan seperti di atas akan membantu sekali pada kita
jika digunakan relasi matematika -(-a) = a sehingga soal –soal semacam contoh 3
di atas akan sangat mudah diselesaikan. Jadi, dalam contoh (3) 6-(-2)= 6+2=8 .
Kegiatan pembelajaraan
selanjutnya untuk pemahaman operasi pengurangan bilangan bulat ini dapat
dilakukan seperti kegiatan pembelajaraan operasi penjumlahan. Misalnya dipilih
beberapa soal yang bervariasi untuk didiskusikan lebih lanjut , atau ditugaskan
sebagai latihan dan pekerjaan rumah misalnya soal –soal berikut ; -7
–(-3)=n,3-(-6)=n,n=11-(-5),n=-16-(-30),2-23=n dan -17 -21=n
Sebagai pengayaan atau pendalamaan , kita dapat saja
mendiskusikan bentuk soal –soal yang lebih bervariasi lagi , misalnya beberapa
contoh berikut ini.
d.n-2=5
mengurangi n oleh -2 sama
artinya dengan menambah n oleh lawan dari -2, yaitu 2. Jadi, n-2=5 dapat
ditulis dalam bentuk n+(-2) =5.
Dari titik 0 bergeser ke kiri sebanyak 2 satuan ,
dilanjutkan bergeser ke kanan sejauh n untuk sampai ketitik 5. Jika
diperhatikan paa garis bilangan, ternyata untuk mencapai ke titik 5, dari titik
-2 di geser ke kanan sejauh 7 satuan . jadi, n=7.
e. -7-n=-3
mengurangi -7 oleh n sama artinya dengan menambah -7 oleh
lawan n, yaitu –n. Jadi, -7-n sama dengan -7+(-n)=-3. Dari titik 0 bergeser ke
kiri sebanyak 7 satuan (sebab negatif) dilanjutkan bergeser sejauh (-n) untuk
sampai titik -3. Ternyata diperlukan sebanyak 4 satuan dengan arah kesebelah
kanan jadi n= 4, atau n = -4 (ingat karna lawan dari n adalah –n maka – (-n)
adalah lawan dari –n . tetapi kita mengetahui bahwa n adalah lawan dari –n
jadi, -(-n) =n)
f. n –(-3)=8
Mengurangi n oleh -3 sama
artinya dengan menambah n oleh lawan -3 , yaitu 3 . jadi , n -(-3)= n+(-3)=8 .
Mulai dari titik 0 bergeser ke kanan sejauh 3 satuan ,
dilanjutkan bergeser ke kanan sejauh n untuk sampai ke titik 8 . ternyata
diperlukan 5 satuan dengan arah bergeser kesebelah kanan. Jadi, n=5.
Sebagai topik diskusi untuk soal –soal latihan diberikan beberapa
variasi soal. Misalnya, mencari suku yang belum diketahui dari soal-soal
berikut ; 9-n = -4,-8 –n =6,n-7=-3,n-9=11,n-(-2)=-7, dan -9-n=-12 .
3. operasi perkalian
Dalam bahasan yang sekarang ini , kita akan mengkhususkan
melakukan perkalian pada bilangan bulat negatif. Topik ini merupakan topik yang
sukar untuk dapat dipahami dan dimengerti oleh anak-anak usia sd umumnya.
Pembelajaraan perkalian
bilangan bulat dapat dilakukan secara bertahap, yaitu :
- Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif (pxp)
- Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif (pxn)
- Perkalian bilangan bulat negati dengan bilangan bulat positif (nxp)
- Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif (nxn)
a.
Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan
bulat positif (pxp)
Mengingat bilangan-bilangan bulat positif adalah
bilangan asli dan setiap bilangan asli adalah bilangan cacah. Maka pembahasan
tentang ini secara panjamg lebar vtelah kita pelajari pada kegiatan
sebelumnya(modul 2 bilangan cacah).
b.
Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan
bulat negatif (pxn)
Sebagi apersepsi , siswa di ajak melihat kembali
pengertian perkalian yang telah dipelajarinya pada (pxp), yaitu bahwa perkalian
adalah penjumlahan bilangan yang sama secara berulang.
Misalnya, 5x2 = 2+2+2+2+2 =10. Bertitik tolak
dari disini lah kita akan menunjukan kepada para siswa tentang perkalian dua
bilangan yang dimaksud (pxn), misalnya
4x(-2).
Seperti halnya pada perkalian (pxp) bahwa
perkalian adalah penjumlahan berulang sehingga 4x(-2)=
(-2)+(-2)+(-2)+(-2)=-8 kegiatan yang
sama dapat dilakukan oleh para siswa untuk bentuk-bentuk seperti
3x(-7),5x(-5),6x(-3), dan sebagainya.
Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan
bulat negatif (pxn) dapat pula dijelaskan dengan peragaan garis bilangan, yaitu
sebagai berikut ini. Misalnya pada 4x (-2), mulai dari titik 0 bergeser ke kiri
(mundur) sebab negatif sebanyak 4 langkah dan tiap langkahnya adalah 2 satuan
(2 kotak) sehingga menunjukan titik –8. Jadi, 4x(-2) =-8.
Kegiatan lain untuk menjelaskan perkalian (pxn)
dapat pula dilakukan dengan menggunakan pola atau analogi, misalnya secara
tanya jawab kita mengerjakan soal bentuk perkalian seperti berikut.
4x3 =12
4x2=8
4x1=4
4x0=0
4x(-1)= (-4)
4x(-2)=(-8)
4x-3=(-12)
Dengan melalui dialog, kita dapat mengarahkan
pengakali 4, yaitu mulai dari 3 turun satu-satu , sedangkan hasilnya turun
empat-empat . karena pengkali dari nol turun menjadi -1 ( dari bari ke empat ke
baris ke lima ) maka hasilnya pun turun dari 0 ke -4 dan seterusnya. Kesimpulan
kita tentang dsikusi ini ; ax(-b), atau –(axb) atau bilangan positif x bilangan
negatif hasilnya adalah bilangan nrgatif.
Selanjutnya untuk melatih keterampilan perkalian
(pxn) dapat diberikan variasi soal seperti berikut sebagai bahan diskusi atau
latihan (pekerjaan rumah) misalnya 4x6 =, 4x-6 =, 5x=40 dan 5x= -40 .
Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan
bulat positif (nxp) untuk memperjelas pemahaman perkalian (nxp) dengan cara
penjumlahan berulang dan peragaan garis bilangan mengalami banyak kesulitan.
Namum demikian kita bisa menjelaskan nya
dengan menggunakan pola atau analogi melalui tanya jawab atau dsikusi ,
misalnya diberikan contoh seperti berikut;
Berkurang 1 3x3 =9 berkurang 3
Berkurang
1 2x3 =6 berkurang 3
Berkurang 1 1x3 =3 berkurang 3
Berkurang 1 0x3 =0 tentu hasinya berkurang 3
juga, dan seterusnya
-1x3=.......(-3)
-2x3=.......(-6)
-3x3=.......(-9)
Dari data di atas dapat dilakukan diskusi, bahwa
bilangan yang dikalikan dari 3 turun satu-satu sedangkan hasil kalinya turun
tiga-tiga, karena perkalian nya dari 0 turun satu menjadi -1 maka hasil kalinya
dari 0 turun ke ke -3, dan seterusnya. Kesimpulan dari diskusi ini –axb =
-(axb) yaitu bilangan negatif kali bilangan positif hasilnya adalah bilangan
negatif.
Selanjutnya dari 3(pxn) dan (4) (nxp) dapat
disimpulkan bahwa ax-b = -axb =-(axb)
d.perkalian bilangan bulat negatif kali bilangan
negatif(nxn)
dalam pembelajaraan perkalian bilangan bulat
negatif dengan bilangan bulat negatif (nxn) dapat pula dilakukan dengan
menggunakan analogi atau pola. Dengan melalui tanya jawab, siswa di ajak untuk
melengkapi pola perkalian berikut ini.
3x(-5) =(-15) (-5x3)=
-15
2x(-5)=(-10) (-5x2)=(-10)
1x(-5)=(-5) (-5x1)=(-5)
0x(-5)=(0) (5x0)=0
(-1) x(-5)=5
(-5)x-1)= 5
(-2)x(-5)=10 (-5x-2)=10
(-3)x(-5)=15 (-5x-3)=15
Seperti hal nya perkalian (pxn) dan (nxp) , siswa
di minta mengamati kedua bentuk pola perkalian di papan tulis atau pada kertas
karton yang telah disiapkan seprti di atas. Siswa di minta mengisi hasil-hasil
perkalian tersebut.
Apakah yang terjadi pada hasil-hasil perkalian
disebelah kiri dan sebelah kanan ?
4. Operasi Pembagian
Untuk pembelajaran pembagian pada bilangan bulat
dikhususkan pada pembagian yang memuat bilangan negative . Pembagian bilangan
bulat positif oleh bilangan bulat positif pembahasannya telah dilakukan pada
kegiatan sebelumnya . Khusus dalam pembagian yang memuat bilangan negative ,
pada umumnya sukar diperagakan . Alternatif pembelajarannya dibantu oleh
perkalian dengan sifat pertukaran . Misalnya kegiatan tanya jawab dan bimbingan
guru seperti berikut ini .
Sebagaimana kita ketahui dalam perkalian dan
pembagian bilangan – bilangan cacah bahwa perkalian 4 × 3 = 12 dalam pembagian
dapat dinyatakan dalam bentuk 12 : 4 = 3 atau 12: 3 = 4 dan sebaliknya .
Bertitik tolak dari pengetahuan prasyarat sebagai apersepsi ini , kita
kembangkan dalam bentuk tanya jawab seperti berikut .
Karena
2 × 3 = 6 maka 6 : 2
= 3 atau 6 : 3 = 2
2 × ( -3 ) = -6 -6 : 2 = -3 -6 : 3 = -2
-2 × 3 = -6 -6 : -2 = 3 -6 : 3 = -2
-2 × -3 = 6 6
: -2 = -3 6 :
-3 = -2
Karena
. × Δ = -15 maka -15 : 3 = Δ atau -15 : 5 = .
. × Δ = -15 - 15 : 5 = Δ
-15 : 3 = .
. × Δ = 15 - 15 : -3 =
Δ 15 : -5 = .
. × Δ = 15
- 15 : -5 = Δ 15 : -3 = .
Dengan mengajak para siswa berdiskusi , untuk
mengisi perkalian seperti di atas siswa terus dibimbingan dan diarahkan pada
bentuk pembagiannya . Selanjutnya untuk memperkuat pemahaman siswa tentang
keterkaitan pembagian dengan perkalian , dapat diberikan alternative variasa
soal seperti atas untuk bilangan – bilangan lainnya .
Ketika melakukan pembagian ini , ada kasus istimewa
yang perlu kita ketahui dan harus disampaikan dan pembelajarannya kepada para
siswa , yaitu tentang pembagian bilangan bulat oleh nol .
Melalui tanya jawab dengan contoh – contoh melakukan
pembagian dengan nol , guru beserta para siswa pada kesimpulannya . Misal
kegiatannya seperti berikut .
a. Berapakah
15 : 0 ?
Misalkan 15 : 0 = n
maka n × 0 = 15 atau 0 × n = 15
Apakah ada harga n yang
apabila dikalikan dengan 0 menghasilkan 15 ?
Ternyata tidak ada
harga n yang apabila dikalikan dengan 0 menghasilkan 15 .
Kegiatan yang sama
dapat diulang lagi dengan membagi bilangan – bilangan lainnya oleh nol ,
misalnya –30 : 0 , 24 : 0, -27 : 0 , dan sebagainya . Kegiatan selanjutnya
siswa diajak berdialog tentan pembagian 0 oleh 0 , seperti berikut .
b. Berapakah
0 : 0 ?
Misalkan 0 : 0 = a maka
a × 0 = 0 atau 0 × a = 0
Apakah adaharga a yang
jika dikalikan dengan 0 menghasilkan 0 ?
Ternyata banyak sekali penggantian
a jika dikalikan dengan 0 menghasilkan 0 .
Dari contoh – contoh diskusi diatas , guru bersama
para siswa menyimpulkan , bahwa pada 15 : 0 = n dan umumnya pada pembagian
bilangan bulat selain nol oleh 0 hasilnya tidak ada tetapi pada 0 : 0 = a
diperoleh banyak harga a yang memenuhi . Berdasarkan kenyataan ini maka
disepakati atau didefinisikan bahwa pembagian bilangan termasuk bilangan bulat
oleh nol tidak mempunyai arti atau tidak didefinisikan .
B. SIFAT – SIFAT OPERASI HITUNG
1. Sifat – sifat
Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
a.
Sifat tertutup
Sifat tertutup untuk operasi penjumlahan maupun
pengurangan ditemukan oleh para siswa dengan bimbingan guru . Misalnya kita
ambil beberapa pasangan bilangan bulat ,
kemudian kita jumlahkan , dan tanyakan hasilnya , apakah setiap dua
bilangan bulat jumlahnya merupakan bilangan bulat juga ? Ambil 6 dan -2 adalah
dua buah bilangan bulat , kemudian 6 + (-2) =4 dengan bilangan 4 bulat juga .
-9 bilangan bulat , -6 bilangan bulat dan -9 + (-6) = -15 adalah bilangan bulat
juga dan seterusnya . Apakah ada bilangan bulat yang dijumlahkan hasilkan bukan
bilangan bulat ? Ternyata tidak ada . Dengan bimbingan dan pengarahan dari guru , para siswa dapat
menyimpulkan bahwa jumlah dua bilangan bulat adalah bilangan bulat juga . Keberlakuan aturan semacam ini dalam
matematika dinamakan aturan tertutup atau sifat tertutup . Dengan kata lain
bahwa penjumlahan dalam bilangan bulat memenuhi sifat tertutup .
b.
Sifat pertukaran
Akan diperhatikan bahwa dengan operasi penjumlahan
untuk setiap bilangan bulat a dan b berlaku a + b = b + a . Misalnya beberapa
orang siswa diminta untuk memilih dua buah bilangan bulat , kemudian
dijumlahkan , disebutkan hasilnya , kemudian diminta untuk ditukar pasangannya
, disebutkan lagi hasilnya . Apakah hasilnya sama atau tidak ? Kemudian siswa
lainnya disuruh lagi ke depan , dan dimita untuk mengerjakn seperti yang telah disuruh lagi ke depan ,
dan minta untuk mengerjakan seperti yang telah dilakukan oleh temannya tadi.
Misalnya seperti berikut ini .
8
+2 = 10 dan 2 + 8 = 10
3
+ (-9) = -6 dan -9 +3 + -6
-2
+ 7 = 5 dan 7 + (-2) = 5
-5
+ (4) = -9 dan -4 + (-5) = -9 , dan sebagainya .
Dikarenakan penjumlahan dua bilangan bulat dapat
dipertukarkan maka penjumlahan pada bilangan bulat memenuhi sifat pertukaran (
sifat komutatif ) .
Selanjutya untuk lebih meyakinnkan atau untuk
memperkuat ingatan pemahaman para siswa tentang berlakunya sifat pertukaran
pada operasi penjumlahan bilangan bulat , maka kita lakukan peragaan dengan menggunakan
garis bilangan . Misalkan kita gambar di papan tulis dengan kapur yang bewarna
atau dengan spidol yang bewarna pada kertas karton yang sudah disiapkan dalam
bentuk penjumlahan seperti berikut ini (gambar 3.29 )
Sebagai topic diskusi untuk pemecahan masalah dapat
saja kita ajukan pertanyaan : apakah operasi pengurangan dalam bilangan bulat
memenuhi sifat pertukaran ? ( Apakah sifat pertukaran dan operasi pengurangan
berlaku pada bilangan bulat ? ) . Hal ini semacam ini dapat diangkat sebagai
permasalahan bagi para siswa , mengingat pengetahuan prasyaratnya telah mereka
miliki , seperti konsep bilangan bulat dan konsep operasi pengurangan . Para
siswa dapat memeriksanya sendiri dan kita hanyalah mengarahkannya sampai
menyimpulkan secara bersama bahwa ternyata tidak berlaku .
c.
Sifat pengelompokan
Kita akan memperlihatkan bahwa dengan operasi
penjumlahan untuk setiap a, b , dan c bilangan – bilangan bulat berlaku ( a + b
) + c = a + ( b + c ) .
Alternatif
pembelajaran dapat ditempuh seperti pada kegiatan (1) dan (2) diatas tadi .
Misalnya pada salah satu kelompok atau salah seorang siswa diminta untuk
memeriksa kebeneran , apakah
(
9+(-5)) + (-2) = 9+ ((-5) + (-2)) ?
Ruas
kiri : (9+(-5)) + (-2) Ruas
kanan : 9 + ((-5)) + (-2))
= 4 + (-2) =
9+(-7)
= 2 =
2
Jadi
: ( 9+(-5)) + (-2) = 9+((-5)+(-2))
Kelompok – kelompok lain atau siswa – siswa lainnya
diminta pula memeriksa kebenaran bahwa setiap 3 bilangan bulat jumlahnya tidak
berubah , apakah bilangan pertama dengan bilangan kedua atau bilangan kedua
dengan bilangan ke tiga dijumlahkan terlebih dahulu . Karena itulah maka
kebeneran yang seperti itulah dalam matematika dinamakan sifat pertukaran (
sifat asosiatif ) .
Sebagai usaha kita untuk memperkuat pemahaman siswa
hendaknya diberikan beberapa contoh yang bervariasi dan beberapa variasi soal .
Untuk topic diskusinya dapat pula kita tanyakan pada
siswa tentang sifat pengelompokan dalam bilangan bulat untuk operasi
pengurangan . Dengan melihat beberapa contoh yang bervariasi , ternyata operasi
pengurangan dalam bilangan bulat tidak memenuhi sifat pengelompokan . Silakan
dicoba ! Kemudian kita berikan beberapa soal menyangkut operasi penjumlahan ,
pengurangan , dan sifat pengelompokan , misalnya
Apakah
(2-3)+5=2-(3+5) ? Jelaskan !
Apakah
(8+2) – 7= 8+(2-7) ? Jelaskan !
Apakah
(6-2)-1 = 6-(2-1)?Jelaskan !dan sebagainya .
d.
Sifat bilangan nol
untuk menjelaskan konsep dari sifat bilangan 0,
dapat dilakukan dengan menjumlahkan sembarang bilangan dengan 0 . Misalnya
5+0=□, -2 + 0 =□, bulat dapat ditambah dengan nol sama dengan dirinya sendiri .
Hal ini dapat pula diperlihatkan dengan garis bilangan . Melalui pengertian
tersebut kita telah menjelaskan sifat bilangan nol dalam operasi penjumlahan .
Nol merupakan usur satuan ( identitas ) dalam bilangan bulat untuk operasi
penjumlahan .
2. Sifat – sifat
Perkalian
a.
Sifat tertutup
Pembelajara pemahaman sifat ini seperti
halnya dalam operasi penjumlahan diatas .Salah seorang siswa diminta untuk
memilih sembarang dua bilangan bulat , kemudian mengalikannya , dan menyebutkan
hasil kalinya . Apakah setiap hasil kali dari dua bilangan bulat merupakan
bilangan bulat juga ? Kemudian coba lagi kepada beberapa siswa lainnya .
Misalnya 4 dan -2 adalah bilangan bulat dan 4×(-2) = -8 dengan -8 adalah
bilangan bulat juga . Demikian pula (-3) ×(-5) = 15 dengan 9-3) , (-5) dan 15
adalah bilangan – bilangan bulat .
Melalui contoh , latihan , tanya jawab ,
dan bimbingan dari guru seperti di atas tadi , ternyata bahwa hasil kali dari
bilangan – bilangan bulat adalah bilangan bulat juga , dengan kata lain bahwa
perkalian tertutup pada bilangan bulat .
b.
Sifat pertukaran
Kita sudah mengetahui bahwa untuk setiap
2 bilangan hasil kalinya juga merupakan bilangan bulat . Kemudian berdasarkan
pada pengetahuan sebelumnya , yaitu tentang perkalian bilangan – bilangan bulat
kita ajukan beberapa pertanyan dan memberikan contoh – contohnya , misalnya
2×3
=3×2 sebab 2×3 =□ dan 3×2=□
3×(-4)
= -4 ×3 sebab 3×(-4) = □ dan (-4)×3=□
(-2)×5
= 5×(-2) sebab (2)×5 = □ dan 5×(-2) = □
(-5)×(-3)
= (-3)×(-5) sebab (-5)×(-3)=□ dan (-3) ×(-5)=□
Dengan memperhatikan contoh – contoh dan
tanya jawab dalam menyelesaikan soal – soal diatas , ternyata bahwa perkalian
pada bilangan bulat memenuhi sifat pertukaran .
c.
Sifat pengelompokan
kita sudah mengetahui berlakunya sifat
pengelompokan pada operasi penjumlahan
dan sekarang kita akan memeriksanya pada operasi perkalian . Melalui
diskusi dan bimbingan dari guru para siswa dibentuk dalam beberpaa kelompok ,
kemudian diminta untuk mencari hasil perkalian dari ruas kiri dan ruas kana
serta membandingkannya . Misalnya :
1).
Periksalah apakah hasil perkalian di sebelah kiri ( ruas kiri ) sama dengan
disebelah
kanan
( ruas kanan ) ?
3×((-2)×4)
=(3×(-2))×4
Ruas
kiri : 3×(-2))×4) = 3×(-8)=24
Ruas
kanan : (3×(-2))×4 = -6×4=-24
Ternyata
ruas kiri = ruas kanan = -24
Jadi
, 3×((-2)×4) = (3×(-2)×4 .
Periksa lagi hasil –hasil perkalian di ruas kiri
dengan di ruas kanan untuk variasi – variasi berikut ini
Apakah
5×(2×3) = (5×2)×(-3) ?
Apakah
(-7)×(-2×3) = ((-7)×(-2))×3 ? dan seterusnya .
2)
Ternyata setiap kita mengambil sembarang tiga bilangan bukat lainnya hasilnya
selalu
sama
. Hal ini menunjukan bahwa sifat
pengelompokan perkalian pada bilangan bulat
berlaku
. Dengan kata lain operasi perkalian pada bilangan bulat memenuhi sifat
pengelompokan
.
d.
Sifat sembarang
Pada pembelajaran pemahaman sifat
penyebaran perkalian terhadap penjumlahan dapat dilakukan seperti halnya
pembelajaran pada sifat pengelompokan di atas misalnya :
1).
Apakah :3×((-2)+4) =(3×(-2)) + (3×4)?
Ruas kiri :3×((-2)+4) =3×2=6
Ruas kanan : (3×(-2)) + (3×4)=6+12
=6
Ruas kiri = ruas kanan = -2
Jadi , 3×((-2)+4)=(3×(-2)) + (3×4) .
2).
Dengan memeriksa untuk beberapa contoh lainnya sebagai latihan dapat
disimpulkan
bahwa
sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan pada bilanagan bulat berlaku
Untuk lebih memahami sifat penyebaran dalam
perkalian , berikanlah beberapa
variasi
soal latihan .
e.
Sifat bilangan satu dan nol
Melalui tanya jawab dengan bekal pengetahuan
sebelumnnya , para siswa diajak untuk menjawab beberapa pertanyaan dari guru ,
kemudian dengan bimbingan dan arahan dari guru ditentukan kesimpilannya .
Misalnya
:
2×1
=□ (2) 9×0=□ (0)
-3×1
=□ (3) -7×0=□ (0)
10
×1=□ (10) 1×0 = □ (0)
-9
×1 = □ (-9) 0×0 = □ (0)
Dan
sebagainya
Ternyata bahwa setiap bilagan bulat dikalikan dengan
hasilnya sama dengan bilangan bulat itu sendiri , dan setiap bilangan bulat
dikalikan dengan nol hasilnya adalah nol . Sebagai penguatan , para siswa
diminta untuk mencoba dengan bilangan – bilangan lainnya .
C. PEMBULATAN
BILANGAN BULAT DALAM SATUAN , PULUHAN ATAU RATUSAN TERDEKAT .
Perlu pula kita ketahui bahwa untuk
keperluan perhitungan , analisis atau laporan , pencatatan ( data kuantatif )
dalam bentuk yang lebih sederhana . Karena itulah bilangan – bilangan bulat
tertentu disederhanakan atau dibulatkan . Untuk keperluan pembulatan ini ada
beberapa aturan yang sudah baku digunakakn oleh para matematikawan atau oleh
mereka yang menggunakan matematika .
Adapun beberapa aturan yang bisa
digunakan dalam pembulatan bilagan adalahsebagai berikut .
Aturan 1.Jika
angka terkiri yang harus dihilangkan adalah 4 atau kurang dari 4 maka angka
terkanan dari yang mendahuluinya tidak berubah .
Melalui pemberian contoh , dalam
pembelajaran dengan diskusi , guru bersama – sama siswa dapat mencoba
mengerjakan beberapa soal sampai pada kesimpulan berlakunya aturan tersebut .
Contoh
1
Bilangan 1437 bilangan dibulatkan hinga ratusan terdekat menjadi
1400 . Angka yang harus dihilangkan ialah mulai dari 3 ke kanan dan ini
merupakan angka terkiri . Angka terkana yang mendahului 3 , ialah angka 4 ,
haruslah tetap .
Mengapa angka yang harus dihilangkan
mulai dari angka 3 ?jelaskan bahwa bilangan 1437 akan dibulatkan hingga ratusan
terdekat dan angka 3 sebelah angka ratusan lebih kecil dari angka 4 .
Contoh
2
Rp 1.745,00 dibuatkan hingga ratusan terdekat
menjadi Rp. 1.700,00 . Megapa angka yang harus dihilangkan mulai dari angka 4 ?
Contoh
3
a.
Bilangan 131 dibultkan hingga puluhan terdekat menjadi 130 .
b.
Bilangan 52 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 50
c.
Bilangan 7,45 dibulatkan hingga satuan terdekat menjadi 7
d.
Bilangan 9,09 dibulatkan hingga satuan terdekat menjadi 9
Aturan 2 .
Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan lebih dari 5 atau 5 diikuti oleh
angka bukan nol maka angka terkanan dari yang mendahuluinya bertambah dengan
satu .
Contoh
4 .
a.
Bilangan 653 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 700 . ( Angka yang harus
Mdihilangkan adalah 53 dengan angka terkiri 5 yang diikuti angka 3 bukan angka
0 ).
b. Bilangan 694 dibulatkan hingga ratusa
terdekat menjadi 700 , sebab angka yanh harus dihilangkan 94 dengan angka
terkiri adalah 9 yang jelas lebih besat dari angka 5 .
c. Bilangan 66 dibulatkanhingga puluhan
terdekat menjadi 70 , Apa sebabnya ? Jelaskan !
d. Bilangan 6,55 dibulatkan hingga
satuan terdekat menjadi 7 , sedangkan bilangan 4,59 dibulatkan ke satuan
terdekat menjadi 5 , Mengapa ? Jelaskan !
Melalui diskusi kelas dengan pemberian
beberapa contoh disertai bimbigan guru diharapkan para siswa dapat menyimpulkan
aran pembulatan yang kedua seperti diatas . Sekarang kita perhatikan beberapa
contoh yang termuat dalam contoh termuat dalam contoh 5 berikut ini .
Contoh
5
a. Bilangan
6,5 atau 6,500 dibulatkan hingga satuan menjadi 6 . Disini angka yang
dihilangkan adalah 5 dan 500 , sedangkan yang mendahului adalah angka 6 yaitu
angka yang genap sehingga tetap .
b. Bilangan
17,5 dan 17,50 dibulatkan hingga satuan terdekat 18 . Ini disebabkan angka yang
mendahului 5 atau 50 merupakan bilangan ganjil yaitu angka 7 sehingga harus
ditambah satu .
dari contoh 5 ini dapat kita tarik
kesimpulan aturan yang ketiga , yaitu sebagai berikut :
Aturan 3. Jika angka terkini dari yang harus
dihilangkan hanya angka 5 atau angka 5 yang diikuti oleh angka – angka nol
belaka maka angka terkanan yang mendahuluinya tetap jika ia genap , dan tambah
satu jika ia ganjil .
Contoh
6 .
1.
Bilangan 685 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 680.
2.
Bilangan 675 dibulatkan hingga puluhan terdekat menjadi 680.
3.
Bilangan 2750 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 2800.
4.
Bilangan 2650 dibulatkan hingga ratusan terdekat menjadi 2600.
Coba Anda diskusikan untuk merumuskan pembelajaran
sehingga didapatkan ketiga aturan pembulatan tersebut . Salah satu alternative
pembelajarannya dapat dilakukan melalui diskusi kelompok dan simulasi kelas .
Selamat mencoba .
D. ANALISIS KESALAHAN KONSEP
PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT
Masih banyak kita jumpai kesalahan dalam
mengucapkan bilangan negative dengan
operasi kurang ( operasi minus / operasi min ). Konsep bilagan negative dan
konsep operasi minus ( operasi kurang ) adalah dua konsep yang sangat berbeda ,
walaupun notasinya sama .
Perlu kita perhatikan , bahwa sebenarnya
ada perbedaa antara tanda bilangan negative dengan tanda pengerjaan ( operasi
hitung ) kurang . Ada perbedaan antara (-) pada
(negative 5 ) dengan tanda (-) pada- 5 (
kurang lima). Bilanagan bulat negative Sembilan semestinya ditulis
. Mengingat factor kesulitan pada percetakan (
pengetikan ) maka penulisan
dan -5 kedua – duanya ditulis sama yaitu -5 .
Namun demikian tetap kita harus menanamkan perbedaan konsep antara (-) sebagai
tanda bilangan negative dengan tanda operasi hitung kurang .
Sebagaimana
tadi bahwa negative lima (-5) hendakya dibedakan dengan tanda (-) pada
pengerjaan hitung 9-5 ( Sembilan kurang lima ) . Tanda (-) pada pengertian yang
pertama , yaitu -5 menunjukkan bilangan bulat negative bahwa kedudukan bilangan
-5 pada suatu garis bilangan berada d sebelah kiri titik pangkal nol (0) , dan
disebut dengan bilangan negative lima. Sedangkan tanda (-) pada bentuk 9-5
menunjukkan pengertian operasi kurang (operasi minus / min ) bilangan 9 dengan
bilangan 5.
1. 9-5 dibaca: “ Sembilan kurang
kima atau Sembilan min 5 “
2 -9-5 dibaca :” negative Sembilan
kurang 5 “ bukan min Sembilan kurang lima “
3. 9-(-5) dibaca :” sembilang
dikurang negative lima : bukan : Sembilan kurang min 5 “
4. -9 – (-5) dibaca :” negative
Sembilan kurang negative lima “ , bukan dibaca “ min Sembilan kurang min 5 “
Berdasarkan
pengertian tersebut maka ucapan ( bacaan ) negative dua puluhan Sembilan
haruslah ditulis -29 dan ucapan negative seratus dua puluh lima lambangnya
bilangan adalah -125 . Sebaliknya lambang bilangan -279 dibaca atau
diucapkannya adalah negative dua ratus tujuh puluh Sembilan .
Masih
berdasarkan pengertian tersebut diatas yang sebenernya dari awal tadi pun telah
kita bicarakan bahwa penulisan lambang bilanagan diberikan tanda (+) atau tidak
keduanya menunjukkan pada bilangan yang sama , yaitu sebagai bilangan positif
untuk menyatakan bilangan positif lima (+5) umumnya cukup dibaca ( diucapkan )
lima (5) , begitu pula positif Sembilan (+9) cukup dibaca Sembilan (9) . Tanda
(+) akan dipakai untuk menyatakan operasi ( pengerjaan ) hitung penjumlahan
atau penambahan dari dua bilangan , misalnya 5+9 ( lima ditambah 9 ) atau 9
+(-5) ( Sembilan ditambah negative lima ).
A.
PERPANGKATAN
DAN PENARIKAN AKAR PADA BILANGAN BULAT
1.
Perpangkatan
Setelah siswa memahami konsep bilangan bulat beserta
operasinya, tiba saatnbagi kita untuk menyajikan konsep perpangkatan pada
bilangan bulat.Sebelum kita melkukan pembelajaran perpangkatan pada bilangan bulat,
terlebih dahulu kita mengingatkan konsep operasi penjumlahan dan perkalian baik
pada bilangan cacah (Modul 2) maupun pada bilangan bulat (Modul 3).
Tentunya telah kita jelaskan pada bagian terdahulu
bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang. Misalnya “ Pak Ahmad mempunyai
dua dos kapur tulis yang masing-masing berisi 5 batang. Berapa batang kapur
tulis yang dimiliki oleh Pak Ahmad?Dari sini jelas, bahwa banyaknya kapur tulis
yang dimiliki oleh Pak Ahmad itu 2 x 5= 10 batang.
Sekarang kita perhatikan perkalian yang berulang
atau perkalian berganda, misalnya:
2
x 2 x 2 x 2 x 2
Perkalian berulang, artinya perkalian yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan faktor-faktor yang sama. Dalam contoh ini terdapat
5 faktor yang sama yaitu bilangan 2. Perkalian berulang tersebut dapat pula
disajikan dalam bentuk bilangan berpangkat (perpangkatan), yaitu:
2
x 2 x 2 x 2 x 2=
dibaca “dua dipangkatkan lima” atau
disingkat “dua pangkat lima”.
2 disebut bilangan pokok atau bilangan
yang dipangkatkan, dan
5 disebut pangkat atau eksponen.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa jika suatu
perkalian berulang mempunyai b faktor dan faktornya sama yaitu a maka bentuk
perkaliannya dapat ditulis sebagai berikut.
a
x a x a x….x a=
Secara umum kita peroleh definisi (perjanjian atau kesepakatan) untuk
perpangkatan, yaitu:
adalah perkalian berulang yang mempunyai
b faktor dan tiap-tiap faktornya sama dengan a.
Bentuk perpangkatan ini banyak digunakan untuk
menyingkat cara menulis bilangan-bilangan besar, misalnya:
1000 = seribu =
1000.000= satu juta =
1000.000.000= satu milyar =
1000.000.000.000 = satu triliyun =
dan sebagainya.
2. Sifat-sifat
Perpangkatan
Setelah kita memahami pengertian
perpangkatan perlu dilanjutkan untuk memahami beberapa sifat atau aturan
tentang perpangkatan.Bahasa ini dapat kita berikan melalui diskusi dengan
bimbingan guru dengan selalu memperhatikan pengetahuan pasyarat, yaitu tentang
operasi hitung dan sifat-sifatnya pada bilangan cacah dan bilangan
bulat.Alternatif pembelajaran sifat-sifat bilangan berpangkat ini dapat
diberikan melalui induktif atau deduktif atau kombinasi dari keduanya.
a. Sifat
perkalian bilangan berpangkat
Aturan umum untuk perkalian perpangkatan dengan
bilangan pokok yang sama dapat diturunkan dengan cara menuliskan perkaliannya
secara lengkap. Sebagai contoh kita diskusikan hal berikut.
x
= (a x a ) x (a x a x a)
= a x a x a x
a x a
=
x
=
a x a x a x………………x a x a x a x a……x a
=
=
Bentuk
x
=
adalah salah satu sifat dari perpangkatan dan
sebenarnya kita telah membuktikan kebenaran ini dengan bantuan perpangakatan.
Jadi, penulisan bilangan-bilangan berpangkat dengan bilangan pokok yang sama
diperoleh dengan menjumlahkan eksponen-eksponennya. Jika a, m, dan n tiga buah
bilangan bulat positif maka berlaku:
x
=
b. Sifat
pembagian bilangan berpangkat
Sekarang kita tinjau pembagian dengan
bilangan pokok yang sama misalnya:
:
=
(3 x 3 x 3 x 3 x 3):(3 x 3 x 3)
=
(3 x 3)(3 x 3 x 3):(3 x 3 x 3)
=
(3 x 3) x 1
=
Dengan menggunakan garis bagi dan proses “penghapusan” tentu
saja kita dapat mendiskusikannya, bahwa:
:
=
:
=
dan sebagainya
Secara umum, pembagian dua bilangan
berpangkat dengan bilangan pokok yang sama diperoleh dengan cara mengurangkan eksponen
pembagi dari eksponen bilangan yang dibagi, yaitu:
:
=
Setelah melakukan pembelajaran diatas dapat pula
mendiskusikan beberapa contoh berikut ini.
Contoh
1)
x
2)
:
y
Kerap kali sebuah perkalian atau pembagian terdiri
dari hasil kali perpangkatan dari bilangan-bilangan yang berlainan seperti
contoh diatas.Dalam hal ini kita dapat mendiskusikannya dengan bantuan sifat
komutatif untuk perkalian, yaitu sebagai berikut.
1)
x
=
x
x
x
=
2)
:
y =
=
x
=
y
y
c. Sifat
distributif perpangkatan terhadap perkalian
x
Untuk membuktikan sifat tersebut dapat digunakan definisi
perpangkatan, yaitu seperti berikut.
( a x b ) x ( a x b ) x ( a x b ) x……x (
a x b )
= ( a x a x ax……x a)(b x b x bx…x b)
=
x
d. Sifat
distributif perpangkatan terhadap pembagian
Seperti
halnya sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian, sifat yang keempat
ini dapat dibuktikan dengan bantuan definisi perpangkatan, yaitu:
= ( a: b ) x ( a : b ) x ( a : b )x….x (
a : b )
= ( a x a x ax……… : x a) :
( b x b x b… x b)
Jadi,
=
:
3. Penarikan Akar
Dalam bahasan
modul 2 tentang bilangan cacah kita telah mendiskusikan bagaimana
langkah-langkah cara penarikan akar dari suatu bilangan cacah. Bahasan ini
tentu saja terkait erat dengan bahasan kita sekkarang ini, yaitu penarikan akar
bilangan bulat.
Penarikan
akar pada bilangan bulat hanya dilakukan pada bilangan bulat positif. Hal ini
berarti sama saja dengan penarikan akar pada bilangan cacah yang telah
didiskusikan secara panjang lebar pada modul kedua. Oleh karena itu teori yang sangat
khusus yang berkaitan dengan penarikan akar dapat kita pelajari kembali pada
penarikan bilangan cacah dan pembelajarannya.
Khusus
dalam bahasan sekarang ini, akan didiskusikan kembali pembelajaran penarikan
akar terkait dengan perpangakatan pada bilangan bulat. Agar lebih jelas kita
dapat meminta para siswa untuk memperhatikan pasangan-pasangan bilangan misalnya
4 dan 2, pasangan 9 dan 3, pasangan 16 dan 4, sebagai relasi “kuadrat dari”
yaitu:
4
adalah kuadrat dari 2
9
adalah kuadrat dari 3
16
adalah kuadrat dari 4
Yang pada perpangkatan dapat ditulis dalam bentuk
pangkat dua (kuadrat), yaitu:
4 =
9 =
16 =
Sebaliknya, jika
pada pasangan-pasangan diatas tadi dimulainya dengan yang kedua maka relasi
terhadap bilangan yang pertama menjadi “akar pangkat dua” yang dapat kita tulis
sebagai berikut.
2 adalah akar
pangkat dua dari 4
3 adalah akar
pangkat dua dari 9
4 adalah akar
pangkat dua dari 16
Jadi, proses
mencari akar pangkat dua adalah operasi invers dari proses mencari kuadrat atau
dengan istilah yang sudah umum dapat kita nyatakan dengan kalimat:
Penarikan akar adalah invers dari perpangkatan
Setelah siswa
memahami konsep penarikan akar sebagai invers dari perpangkatan dengan
mendiskusikan kembali bahwa penarikan akar dari sebuah bilangan adalah mencari
sebuah bilangan lain yang kuadratnya sama dengan bilangan semula, misalnya:
Akar dari 25 ialah mencari
bilangan yang kuadratnya sama dengan 25
Akar dari 36 ialah
mencari bilangan yang kuadratnya sama dengan 36
Akar dari 49 ialah
mencari bilangan yang kuadratnya sama dengan 49
Lambang untuk
relasi akar (akar pangkat dua) adalah “
” yang berlaku secara universal sehingga
secara singkat notasi penarikan akar pada contoh-contoh di atas dapat ditulis
dalam bentuk:
=
5, sebab
=
25
=
6, sebab
=
36
=
5, sebab
=
49
Secara umum dapat kita
tulis:
=
b, sebab
=
a
Diskusi pembelajaran
selanjutnya dapat dilakukan melalui pemahaman bahwa penarikan akar dari sebuah
bilangan dapat dipandang sebagai pemfaktoran bilangan itu atas faktor-faktor
yang sama, misalnya:
=
=
4
=
=
5
Dalam hal ini
jelas bahwa pangkat akarnya menunjukan banyaknya faktor yang sama. Pangkat akar
ini dapat saja ditingkatkan lebih lanjut, misalnya:
=
adalah bilangan yang bila dipangkatkan 3 sama dengan 8
=
adalah bilangan yang bila dipangkatkan 3 sama dengan 27
Hal ini berarti:
= 2, sebab
=
8
=
3, sebab
=
27
Secara
umum kita dapat menuliskan lambang penarikan akar hubungannya dengan
perpangkatan sebagai berikut.
=
b, sebab
= a
4. Kesalahan Konsep dalam Perpangkatan dan Penarikan Akar
Perlu pula kita ketahui bahwa pada kalanya terjadi
kesalahan konsep yang di lakaukan oleh siswa dalam pemblajaran pemangkatan
maupun penarikan akar. Beberapa kesalahan yang sering terjadi diantaranya :
- Masih ada siswa yang belum memahami konsep perpangkatan, diantaranya masih ada siswa yang melakukan perkalian antara bilangan pokok dengan pangkatnya (eksponennya), misal 2³ = 2x3, 3³=3x3 ³, 5⁴=5x4, dsb. Namun, untuk perpangkatan kuadrat mereka memberikan jawaban yang benar, misalnya 2²=2x2, 3²=3x3 dan 5²=5x5.
- Dalam melakukan perkalian bilangan berpangkat dengan bilangan pokok yang sama sering pula terjadi dilakukan dengan mengalikan pangkatnya, misalnya 2³x2²=2³ ͯ², 5²x5³=5² ͯ³ .
- Kesalahan yang paling sering terjadi, yaitu pada pembagian pembilangan berpangkat oleh bilangan pokok yang sama dilakukan dengan cara membagi pangkatnya, bukan dengan cara mengurangkan pengkat yang di bagi oleh pangkat pembagi , misalnya 2⁶ : 2² = 2⁶˸² dan 6⁸:6⁴=6⁸˸⁴ .
- Masih pula terjadi kekeliruan dalam menentukan hasil sebuah bilangan berpangkat dibagi oleh bilangan berpangkat yang pangkatnya lebih besar, sehingga menghasilkan bilangan negatif, walaupun prosesnya sesudah benar, misalnya :
2³:2⁵=2³⁻⁵= 2⁻²= -4
3²:3⁵=3²⁻⁵=3⁻³=-27
Mereka
beranggapan bahwa tanda negatif dari a⁻ⁿ menunjukan a⁻ⁿ bilangan negatif
- Demikian pula pada penarikan akar masih terjadi beberapa kesalahan konsep, diantaranya mereka sudah memahami bahwa akar pangkat m dari a pangkat n adalah sama dengan a pangkat n di bagi n sehingga memberikan hasil perhitungan yang benar. Namun dalam proses perhitungannya masih ada yang membuat kekeliruan seperti berikut
√81=√3⁴=√3⁴˸²=3²
³√64=³√2⁶=³√2⁶˸³=2²
Dalam hal ini walaupun
hasil ahkirnya benar, tetapi pada proses perhitungan telah terjadi kesalahan.
Coba anda diskusikan dimana letak kesalahannya ?
- Hal yang masih sering terjadi kesalahan dalam penarikan akar adalah penarikan akar kuadrat, misalnya √9=±3,√16=±4,√25=±5 ..
Memang kita saudah memahami bahwa sebuah bilangan positif
merupakan hasil kali 2 bilangan positif atau 2 bilangan negativ karenanya
banyak yang beranggapan bahwa akar pangkat 2 dari sebuah bilangan positif
mempunyai 2 kemungkinan nilai, yaitu nilai positif dan nilai negatif, misal:
√25=5,
sebab 25=5²dan
√25=-5,
sebab 25=(-5)², jadi
√25=±5
Namun demikian dalam penarikan akar dibatasi hanya pada
bilangan positif saja, sehingga kita tetapkan sebagai definisi :
Akar pangkat 2 dari bilangan positif adalah nilai yang
positif.
B. Penerapan Bilangan Bulat
dalam Masalah
Sehari-hari
Sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku
bahwa dalam pembelajaran matematika di SD (sekolah dasar) guru harus
memperlihatkan kaitan kosep matematika dengan permasalahan sehari-hari.
Penerapan bilangan bulat pada masalah keseharian dipandang perlu untuk
memperlihatkan begaimana proses pemblajaran matematika yang menari, menantang,
dan menumbulkan kreativitas pada siswa.
Soal-soal
dalam bentuk cerita inilah salah satu kegiatan pemblajaran pada matematika yang
paling memungkinkan mencapai tujuan dan harapan kurikulum tersebut diatas.
Namun sebelum kita sampai pada penyelesaian soal-soal cerita yang berkaitan
dengan bilangan bulat, terlebih dahulu kita perlumengetahui kilat-kilat dalam
menyelesaikan soal-soal cerita sehingga akan membantu pada pelaksanaan
pemblajarannya.
Berikut ini merupakan alternatif petunjuk
bagamana kita sebagai guru membimbing para siswa untuk memahami soal cerita,
secara garis besarnya kegiatan pemblajarannya dapat diurutkan kedalam empat
kegiatan pokok berturut-turut, yaitu:
1. Mengerti Persoalan
Bacalah soal cerita tersebut secara keseluruhan dengan
seksama untuk memahami dan mengerti permasalahannya. Untuk itu dengan bantuan
dan bimbingan guru para siswa harus mengetahui:
a.
Apa yang diketahui(mencari keterangan yang
esensial).
b.
Apa yang di tanyakan(apa yang harus
diselesaikan/apa yang akan di tunjukan)
2. Merencanakan Penyelesaian
Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, para siswa
harus dapat menemukan hubungan data-data dari yang diketahui dengan yang
ditanyakan.Pada konteks ini guru perlu membimbing para siswa untuk memilih
konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang telah di pelajari oleh para siswa
guna dikombinasikan sehingga dapt dimanfaatkan untuk menyelesaikan persoalnya.
Langkah-langkah dapat seperti berikut.
a.
Parasiswa mengumpulkan informasi atau data yang
sesuai guna menetukan operasi hintung(pengerjaan hitung) yang diperlukan
b.
Membuat model atau kalimat matematikanya, yaitu
menjabarkan dari yang diketahui dengan ditanyakan dalam bentuk simbol-simbol
matematika. Apabila para siswa mengalami kesulitan maka guru perlu membimbing
dan mengarahkannya.
3. Melaksanakan Penyelesaian
a.
Menyelesaikan soal cerita adalah menyelesaikan
kalimat(model) matematika yang telah dibuatnya.
b.
Setiap langkah harus dicek untuk mengetahui
kebenarannya sehingga para siswa dapat menghasilkan penyelesaian sendiri.
Nyatakan penyelesaian itu dalam bahasa indonesia, sehingga menjawab pertanyaan
dari soal certa tersebut. Guru tentunya harus bersabar menanti jika perlu
membimbing dan mengarahkannya.
4. Memeriksa kembali
Penyelesaian yang telah didapat itu harus diperiksa
kembali. Pertanyaan-pertanyaan dari dalam diri para siswa perlu ditumbuhkan
oleh kita sebagai guru, diantaranya :
a.
Sudah cocokkah hasilnya ?
b.
Apa tidak ada hasil yang lain?
c.
Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan
persoalan tersebut?
d.
Dengan cara yang berbeda, apakah hasilnya tetap
sama?, dan sebagainya.
Demikianlah beberapa petunjuk langkah-langkah yang dapat
ditempuholeh guru dalam merencanakan, menyusun, dan melaksanakan pembelajaran
yang berkaitan dengan soal-soal cerita dalam matematika di SD. Tahapan
langkah-langkah tersebut akan sangat membantu para siswa dalam memahami
soal-soal cerita matematika. Namun demikian tentunya kita dapat mengembangkan
lebh lanjut disesuaikan dengan lingkungan siswa kita disekolah.
Untuk lebih jelas lagi kita akan melihat beberapa contoh
alternatif pemblajaran soal-soal cerita yang berhubungan dengan bilangan bulat
dengan menggunakan tahapan langkah tersebut diatas.
a.
Banyak murid di SD negeri I ada 251 orang dan di
SD negri II ada sebanyak 198 orang. Berapakah jumlah murid semua ?
1)
a) yang diketahui : SD negri I 251
SD negri II 198
b) yang ditanyakan : jumlah murid semua.
2) a) operasi hitung : penjumlahan (+)
b) kalimat matematika : 251+198=...
3) penyelesaian : 251
198 +
449
Jadi , ada sebanyak 449
orang murid.
Pada proses pembelajaran soal cerita diatas pertama-tama
guru menuliskan soal cerita tersebut pada papan tulis atau sudah terdapat dalam
buku murid , kemudian guru bertanya apa yang diketahuinya , apa yang ditanyakan
, operasi apa yang digunakan , bagaimanakah kalimat matematikanya ,sampai
dengan penyelesainya. Dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru
tersebut , tentunya guru berusaha pula untuk membimbing dan mengarahkannya
sehingga semua yang ditanyakannya tadi dapat dijawab dengan benar.
b.
Pada suatu hari sebuah toko alat tulis telah
menjual 23 buah buku tulis masing-masing seharga 750 rupiah dan 16 buah buku
gambar seharga 500 rupiah tiap buku. Hasil penjualan tersebut dibelikan 101
pensil dengan harga yang sama. Berapakah harga sebuah pensil ?
1)
a) Diketahui : - terjual 23 buku tulis dengan
harga jual satuan 750
- terjual 16
buku gambar dengan harga jual satuan 500
- hasil
penjualan dibelikan 101 pensil dengan harga yang sama
b) Ditanyakan : harga sebuah pensil
2) a) operasi hitung : x, : , dan +
b) kalimat matematikanya :
(1)
harga jual sebuah buku tulis : 750 rupiah
(2)
harga jual 23 buah buku tulis : (23x750) rupiah
(3)
harga jual sebuah buku gambar : 500 rupiah
(4)
harga jual 16 buah buku gambar : (16x500) rupiah
(5)
harga penjualan dalam 1 hari sebesar : (23x750+16x500) rupiah
(6)
uang ini dibelikan kepada 101 buah pensil
(7)
harga sebuah pensil : ( 23x750+16x500):101=n
3) penyelesaian : n = ( 23x750+16x500):101
= (17250+8000):101
=
25.250:101
= 250
Jadi , harga sebuah pensil adalah 250 rupiah.
Dalam menyelesaikan soal diatas hendaknya guru
mengingatkan kembali aturan operasi/pengerjaan hitung yang berlaku , yaitu:
1)
operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat
2)
operasi perkalian dan pembagian sama kuat , dan
3)
operasi kali dan pembagian lebih kuat dari pada
operasi penjumlahan dan pengurangan.
Sebagai apersepsi dari soal-soal cerita yang ,melibatkan
operasi hitung lebih dari satu ,sebaiknya aturan operasi hitung yang berlaku
seperti di atas dicek kembali pemahamanya. Misalnya guru terlebih dahulu
memberikan soal tentang bilangan bulat yang banyak melibatkan operasi hitung
seperti berikut ini.
6086-50x45+73x18:6=n
Jawab :
n= 6086-50x45+73x18:6
=6086-(50x45)+(73x18):6
=6086-2250+1314:6
=6086-2250+
(1314:6)
=6086-2250+219
=(6086-2250)+219=3836+219
=4055.
c.
Pada rentang waktu 2 bulan ( 1 bulan= 30 hari )
dari suatu terminal bisa diberangkatkan 224.280 orang penumpang. Setiap bisa
mengangkat 42 orang penumpang. Setiap hari bis yang diberangkatkan sama banyaknya.
Berapa banyak bis yang diberangkatkan dari terminal tersebut dalam 1 hari ?
Setelah guru memberikan beberapa contoh seperti diatas (contoh
1 dan contoh 2 ), guru dapat saja bertanya secara lisan kepada para siswa
apa-apa saja yang diketahui dan apa saja yang ditanyakan dari soal cerita itu.
Guru dapat saja tidak menuliskannya tidak seperti kedua contoh diatas. Setelah
para siswa dengan bimbingan guru melalui dialog dapat menentukan yang diketahui
dan yang ditanykan, guru menjelaskan atau berdiskusi dengan para siswa untuk
memperolehkalimat matematikanya/kalimat bilanganya/model matematikanya,yaitu
seperti berikut ini
1)
Selama 2 bulan diberangkatkan : 224.280 orang
2)
Selama 1 hari diberangkatkan : (224.280 : 60 )
orang
3)
Setiap bis mengangkut 42 orang
4)
Banyaknya bis yang diberangkatkan dalam 1 hari :
(224.280:60:42) bis
5)
Kalimat matematikanya : 224.280:60:42=n
6)
Kita peroleh :n =(224.280:60):42=3738:42=89.
7)
Jadi,banyaknya bis yang diberangkatkan dari
terminal tersebut dalam 1 hari ada 89 buah bis
d.
Ani mempunyai sejumlah permen. Tati memberi 2
buah permen kepada ani , sehingga permen ani sekarang menjadi 9 buah. Berapa
banyaknya permen ani semula ?
Setelah ditemukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan , guru bersama para siswa menyusun model matematikanya seperti
berikut.
1)
Ani mempunyai sejumlah permen : n (banyaknya
permen yang dimilki ani belum diketahui )
2)
Tati memberikan 2 buah permen kepada ani :
n+2(memberi berarti menambah ,yaitu dengan 2)
3)
Ani sekarang memiliki 9 buah permen : n+2=9 (
permen ani semula ditambah dengan permen tati menjadi 9
4)
Kalimat matematikanya : n+2=9
5)
Didapatkan : 7+2=9
6)
Jadi, banyaknya permen ani semula ada sebanyak 7
buah permen.
e.
Dua orang pedagang bersepakat untuk membagi sama
rata keuntungan ataupun kerugian mereka. Pada bulan ke 1 keuntungan sebesar
60.000 rupiah ,dalam bulan ke 2 keuntungan sebesar 20.000 rupiah dan pada bulan
ke 3 mereka merugi 95.000 rupiah . bearapakah keuntungan atau kerugian setiap
orang selama 3 bulan itu ?
Setelah dapat menentukan mana-mana yang diketahui dan
yang ditanyakannya,guru bersma dengan para siswanya menentukan kalimat
matematikanya seperti berikut.
1)
Dua orang pedagang bersepakat membagi keuntungan
maupun kerugiannya
2)
Bulan ke-1 keuntungannya : 60.000 rupiah
3)
Bulan ke-2 keuntunganya : 20.000 rupiah
4)
Keuntungan selama 2 bulan : (60.000+20.000)
rupiah
5)
Bulan ke-3 rugi sebesar : 95.000 rupiah
6)
Keuntungan/kerugian selama 3 bulan : ( 60.000+20.000-95.000) rupiah
7)
Keuntungan keugian setiap orang : ((60.000+20.000)-95.000) : 2
8)
Kalimat matematikanya : (60.000+20.000)-95.000) :
2=n
9)
Didapatkan :n
=(60.000+20.000)-95.000) : 2
=(80.000-95.000):2
=-15.000:2
=-7.500
Jadi
,setiap pedagang mendapat rugi 7.500 rupiah
Agar lebih memahami cara-cara menyelesaikan soal cerita
ini para siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan seperti yang termuat
pada buku murid, atau kita siapkan beberapa soal untuk diberikan sebagai PR.
Sebagian atau seluruh dari soal yang diberikan sebagai latihan , sebaiknya
didiskusikan kembali di dlam kelas untuk mengecek pemahaman materi yang telah
diberikan dan seklaigus sebagai usaha penguatan dan pengendapan yang bersifat
positif.
- MENGENAL BILANGAN ROMAWI.
1.
Pengantar.
Sebelum dilaksanakannya pembelajaran tentang bilangan romawi, ada
baiknya kita mengetahui dan memahami terlebih dahulu apa itu “bilangan” dan
“lambang bilangan”. Bilangan adalah sesuatu yang penting dalam
matematika.Bilangan dengan lambang bilangan adalah berbeda. Perbedaan antara
bilangan dan lambang bilangan adalah perbedaan antara objek dan nama objek
tersebut.
Perkataan “bilangan” biasanya dimaksudkan untuk menyatakan jumlah atau
banyaknya sesuatu.Dalam penulisan suatu bilangan digunakan lambing yang di
sebut lambang bilangan.Jadi, lambing bilangan adalah simbol atau gambar yang
melambangkan suatu bilangan.Lambang bilangan dapat disebut angka.Lambang
bilangan itu bermacam- macam, ada angka China, Mesir, Hindu- Arab, Romawi dan
sebagainya.
Pada kesempatan ini kita akan melaksanakan pembelajaran suatu sistem
nomerasi yang berbeda dengan sistem Hindu- Arab, yaitu sistem angka Romawi yang
sudah dikenal sejak ratusan tahun sebelum masehi.
2.
Lambang Bilangan Romawi
a. Sistem romawi merupakan sistem penjumlahan dan
perkalian .
X à 10
V à 5
I à 1
I à1 +
17
b. Bila suatu angka terdiri dari dua lambang maka
nilai angka tersebut :
1) Sama dengan jumlah nilai kedua lambang
bilangan itu, jika lambang-lambangnya mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke
kanan ( nilai yang paling tinggi terletak di sebelah kiri) .
2) Sama dengan selisih nilai kedua lambang bilangan itu, lambang-
lambangnya mempunyai nilai yang menaik (
nilai yang paling tinggin terletak di sebelah kanan).
Contoh:
IV
= 5-1= 4
(
dari kiri ke kanan nilainya naik atau nilai yang paling tinggi di sebelah kanan
jadi di kurangkan).
VI
= 5+1 = 6
(
dari kiri ke kanan nilainya turun atau nilai yang paling tinggi di sebelah
kiri, jadi di jumblahkan)
c. Banyaknya lambang yang diletakan sebelah kiri
lambang yang dikurangi hanya satu lambang, sedangkan sebelah kanan bertambah
boleh lebih dari satu lambang.
Contoh
:
XIII
= 10+3= 13
d. Lambang bilangan yang sama bila tulisnya
berurutan tidak boleh lebih dari tiga angka (lambang bilangan).
Contoh
:
4
ditulis IV dan bukan IIII
e. Pengurangan mempunyai aturan sebgai berikut, I
hanya dapat dikurangkan dari V dan X, hanya dapat dikurangkan dari L dan C, dan
C hanya dapat dikurangkan dari D dan M. ( hanya ada enam kasus)
Contoh
:
IV
= 5-1 = 4
IX
= 10-1 = 9
XL
= 50 – 10 = 40
XC
= 100 – 10 = 90
CD
= 500 – 100 = 400
CM
= 1000 – 100 = 900
(
hanya ada enam kasus untuk sebuah bilangan yang terdiri dua lambang )
f. Karna sistem angka Romawi ini mempunyai dasar
(basis) 10 maka dalam penulisannya kita tidak pernah melihat lambang-lambang
besar yang bukan perpangkatan dari 10 dijajarkan
Contoh
:
V =
5 x 1000 = 5000
V =
5 x 1000 x 1000 = 5.000.000
B. MENGUBAH BILANGAN DESIMAL KE DALAM BILANGAN ROMAWI DAN
SEBALIKNYA
1. Mengubah Bilangan Desimal menjadi Bilangan Romawi
Setelah para siswa
memahami ketentuan-ketentuan dasar atau aturan pokok tentang sistem lambang
bilangan Romawi seperti diatas maka melalui tanya jawab kita coba susun untuk
merencanakan pembelajaran berikutnya.
Guru menulis di
papan tulis beberapa bilangan dalam sistem lambang bilangan desimal
(Hindu-Arab). Kemudian meminta salah seorang siswa secara bergiliran untuk
menuliskannya dalam sistem lambang bilangan Romawi dengan bimbingan dan arahan
dari guru semua siswa dalam kelas memperhatikan dan menjawabnya dengan benar,
misalnya variasi soalnya dibuat sedemikian rupa mulai dari yang sederhana
seperti berikut.
Tulislah lambang bilangan Romawi untuk
bilangan-bilangan berikut.
a.
6 = …
1.) Apakah 6 = I I I I I I ?
2.) Apakah pada sistem Romawi di bolehkan menulis
lebih dari 3 lambang bilangan secara berurutan ?
3.) 6 = 5 + 1 = VI, sebab dari kiri ke kanan
nilainya turun berarti harus dijumlahkan
b.
4000 =
..
1.) Apakah 4000 = M M M M?
2.) 4000 = 4 x 1000.
3.) Bagaimanakah cara penulisan yang menggunakan
perkalian dengan 1000?
4.) 4000 = 4 x 1000 = IV.
c.
24 = …
1.) 24 = 20 + 4
2.) Bagaimanakah cara penulisan 20 dan bagaimana
penulisan 4?
3.) 20 = XX dan 4 = IV
4.) 24 = 20 + 4 = XXIV.
d.
499 = …
1.) 499 = 400 + 90 + 9
2.) Bagaimana penulisan bilangan 400, 90, dan 9?
3.) Mengapa 400 = 500 – 100, 90 = 100 – 10, dan 9
= 10 – 1?
(ingat
C hanya bisa dikurangkan dari D atau M, X hanya bisa dikurangkan dari L dan C,
sedangkan I hanya bisa dikurangkan dari V dan X)
4). 499 = 400 + 90 + 9
=
(500 – 100) + (100 – 10) + (10 – 1)
= C D X C I X.
e.
323 = …
1). 323 = 300 + 20 + 3
= (3 x 100) + (2 x 10) + (3 x 1)
2). Apakah dalam sistem Romawi dibolehkan
menulis tiga lambang atau kurang secara berurutan?
3). 323 = C C C X X I I I
Setelah guru
memberikan beberapa contoh seperti diatas, kemudian memberikan beberapa variasi
soal seperti berikut untuk di diskusikan.
Tulislah
lambang-lambang bilangan Romawi dari bilangan-bilangan berikut.
1).
1983 = …
= 1000 + 900 + 80 + 3
= 1000 + (1000 – 10) + (50 + 30) + 3
= M C M L X X X I I I
2).
3249 = …
= 3000 + 200 + 40 + 9
= (3 x 1000) + (2 x 100) + (50 – 10) +
(10 – 1)
= M M M C C X L I X
3).
1874 = …
= 1000 + 800 + 70 + 4
= (1 x 1000) + (500 + 300) + (50 + 20)
+ (5 – 1)
= M D C C C L X X I V
4).
6496 = …
= 6000 + 400 + 90 + 6
= ( 6 x 1000) + ( 500 – 100) + ( 100 –
10) + (5 + 1)\
= V C D X C V I
5).
9407 = …
= 9000 + 400 + 7
= (9 x 1000) + (500 – 100) + (5 + 2)
= I X C D V I I
6).
23.000 = …
= 23 x 1000
= ( 20 + 3) x 1000
7).
54.000 = …
= (54 x 1000)
= (50 + 4) x 1000
= (50 + (5 – 1) ) x 1000
= L I V
8).
94.000.000 = …
= 94 x 1.000.000
= (90 + 4) x 1.000.000
= ( (100 – 10) + (5- 1) ) x
1000 x 1000
= X C I V
9).
1. 954. 000 = …
= 1.000.000 + 900.000 +
50.000 + 4.000
= ( 1 x 1000) x 1000 + (1000
– 100) x 1000 + (50) x 1000 + (5 – 1) x 1000
= ( (1 x 1000) ) + (1000 –
100) + (50) + (5 – 1) ) x 1000
= M C M L I V
10). 9.457.000.000 = …
= 9.000.000.000 + 400.000.000 + 50.000.000 +
7.000.000
= 9
x 1.000.000.000 + 400 x 1.000.000 + 50 x 1.000.000 + 7 x 1.000.000 = (10 –
1) x 1.000.000.000 + (500 -100) x 1.000.000 +
(50)
x 1.000.000 + (5 + 2) x 1.000.000
= ( (9 x 1000) + (500 – 100) + (50)
+ (5 + 2) ) x 1.000.000
= I X C M L V I I
Setelah siswa diberi berbagai
variasi soal tentang mengubah bilangan desimal menjadi bilangan Romawi maka
langkah berikutnya adalah pembelajaran untuk mengubah bilangan Romawi menjadi
bilangan desimal.
2. Mengubah Bilangan Romawi Menjadi Bilangan Desimal
Langkah-langkah
pembelajaran untuk mengubah dari sistem Romawi menjadi sistem Desimal dapat
dilakukan seperti alternatif pembelajaran di atas (2).
Tulislah bilangan desimal dari
bilangan-bilangan Romawi berikut.
a).
X V I I I = …
= 10 + 5 + 3
= 18
b).
C D X C I = …
= (500 – 100) + (100 – 10) + 1
= 400 + 90 + 1
= 491
c).
M M M D C C L X I I I = (3 x 1000) + (500 + 200) + (50 + 10) + 3
= 3000 + 700 + 60 + 3
= 3763
d).
I X D C X L I V = (10 – 1) x 1000 + (500 + 100) + (50 – 10) + (5 – 1)
= 9000 + 600 + 40 + 4
= 964
e).
M M C M L X X X V I I = …
= (2000 + (1000 – 100) +
(50 + 30) + (5 + 2) ) x 1000 x 1000
= (2000 + 900 + 80 + 7)
x 1000 x 1000
= 2.987.000.000
Perubahan dari bilangan romawi
menjadi bilangan desimal, perlu diberikan contoh untuk didiskusikan mengenai
penulisan yang salah.Hal ini perlu didiskusikan dengan setiap siswa dikelas
sebagai salah satu usaha untuk mengingatkan kembali tentang aturan-aturan yang
berlaku dalam sistem bilangan Romawi seperti yang telah dibicarakan diatas,
misalnya beberapa alternatif seperti contoh berikut.
Jika memungkinkan tulislah
lambang-lambang bilangan desimalnya dari bilangan Romawi berikut, jika tidak
sebutkan alasannya.
a). I I V = …
b). C C C M = …
c). L C = …
d). L L L = …
e). X X X X = …
Pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin kita ajukan untuk melacak dan membimbing kea rah yang benar dapat
diajukan beberapa pertanyaan seperti berikut.
a).
Bagaimana penulisan bilangan desimalnya?
b).
Apakah penulisan bilangan Romawi ini mempunyai arti?
c).
Mengapa bilangan Romawi ini tidak mempunyai arti?
Dari pengajuan
pertanyaan pertama ke pertanyaan ke dua dan selanjutnya perlu dipertimbangkan
pemberian waktu yang cukup sehingga memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk memperhatikan, menuliskannya, dan memberikan alternatif pendapatnya. Guru
harus sabar untuk menantinya, karena para siswa berbeda dengan kita. (ingat
anak bukan bentuk mikro orang dewasa).
Kelima soal diatas
tidak mungkin dapat diselesaikan.Penulisan dalam sistem desimalnya tidak
mungkin.Penulisan lambang bilangan Romawinya tidak mempunyai arti, ada pun
alasannya berturut-turut sebagai berikut.
a).
Untuk soal nomor (1) IIV, dua angka I tidak boleh menjadi pengurang V.
Memang
letak angka I hanya boleh dikurangkan dari V dan X, tetapi banyaknya
pengurang
hanya satu angka.
b).
CCCM, tiga buah angka C tidak dibolehkan menjadi pengurang dari angka M
angka
C hanya boleh menjadi pengurang dari M atau dari D sebanyak satu angka
yaitu
C M = 900 dan CD = 400.
c).
LC, angka (lambang bilangan) L = 50 tidak boleh menjadi pengurang dari angka
C =
100. Angka L tidak termasuk ke dalam angka-angka yang diskusinya pada
kelas
sehingga terjadi diskusi kelas guru.
0 comments:
Post a Comment