A.Pengertian
Kesulitan Belajar
Kata mengatasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara
lain diartikan “Menanggulangi” (Depdikbud, 1991:1005). Sedangkan Kesulitan
berarti “Keadan yang sulit; sesuatu yang sulit, kesukaran. (Depdikbud, 1991:
971).
Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana
dikutip oleh Ratna Wilis Dahan dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar,
memberikan definisi belajar yaitu : “suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman”. (Dahan, 1989:11).
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan
kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki
ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan
dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan
perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement,
dalam Weiner, 2003).
Tidak seperti cacat fisik, kesulitan belajar tidak
terlihat dengan jelas dan sering disebut ”hidden handicap”. Terkadang kesulitan
ini tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya anak yang mengalami
kesulitan belajar sering diidentifikasi sebagai anak yang underachiever,
pemalas, atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami perasaan frustrasi, marah,
depresi, cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell, 2001).
Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian
kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang
bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning
disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah
emosional.
B.
Faktor penyebab Kesulitan Belajar
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada
literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :
a.
Faktor keturunan/bawaan
b.
Gangguan semasa kehamilan, saat
melahirkan atau prematur
c.
Kondisi janin yang tidak menerima
cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs),
atau meminum alkohol selama masa kehamilan.
d.
Trauma pasca kelahiran, seperti
demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
e.
Infeksi telinga yang berulang pada
masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem
imun yang lemah.
f.
Awal masa kanak-kanak yang sering
berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.
C.Karakteristik
Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa
yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara
lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit
pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis,
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya
berada di bawah semestinya.
Kesulitan
belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning
disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d)
slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan
diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1)
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan
dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya
tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih
rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan
olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2)
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar
yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau
gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
3)
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan
tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya
biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4)
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5)
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu
pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
0 comments:
Post a Comment