1.
Pengertian Dan Fungsi
Lingkungan Pendidikan
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang
dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi
manusia dengan lingungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social
manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Dan
latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan,
khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat (Umar Tirtaraharja et.al,1990: 39-40). Seperti diketahui lingkungan
pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Makin bertambah usia seseorang
peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni sekolah dan masyarakat) semakin
penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap berlanjut.
Menurut Sartain (Ahli psikologi Amerika),
lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita , pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Lingkungan itu dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1) Lingkungan alam atau luar
(external or physical environment).
2) Lingkungan dalam (internal
environment) dan
3) Lingkungan social atau
masyarakat (social environment).
Sebagai pelaksanaan pasal 31 ayat 2 dari UUD
1945, telah di tetapkan UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sisdiknas (beserta
peraturan pelaksanaannya) yang menata kembali pendidikan di Indonesia, termasuk
lingkungan pendidikan sisdiknas itu membedakan dua jalur pendidikan, yakni
jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan
sekolah adalah pendidikan yang di selenggarakan disekolah melalui kegiatan
belajar mengajar yang berjenjang dan bersinambungan, mulai dari pendidikan
prasekolah (taman kanak-kanak), pendidikan dasar (SD dan SLTP), pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan
belajar mengajar yang harus berjenjang dan bersinambungan, baik yang di
lembagakan maupun tidak, yang meliputi pendidikan keluarga, pendidikan
prasekolah (seperti kelompok bermain dan penitipan anak), kursus, kelompok
belajar, dan sebagainya.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan
adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan
sekitarnya (fisik, social, dan budaya) utamanya berbagai sumber daya pendidikan
yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan
lingkungan pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat
berkembang efesien dan efektif. Seperti diketahui proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya akan
berlangsung secara alamiah dengan kosekuensi bahwa tumbuh kembang itu mungkin
berlangsung lambat dan menyimpan dari tujuan pendidikan. Oleh karena itu,
diperlukan berbagai usaha sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan itu
sedemikian rupa agar dapat diperoleh peluang pencapaian tujuan secara optimal,
dan dalam waktu serta dengan daya / dana yang seminimal mungkin. Dengan
demikian diharapkan mutu sumber daya manusia makin lama semakin meningkat. Hal
itu hanya dapat di wujudkan apabila setiap lingkungan pendidikan tersebut dapat
melaksanakan fungsinya sebagai mana mestinya.
2.
Jenis-jenis Pendidikan
Berdasarkan ciri-ciri
penyelenggaraan pendidikan terbagi menjadi 3 yaitu:
2.1
Pendidikan Formal
a. Diselenggarakan secara
khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis.
b. Usia siswa / anak didik di
suatu jenjang relatif homogen.
c. Waktu pendidikan relatif
lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
d. Isi pendidikan/materi lebih
banyak yang bersifat akademis dan umum.
Mutu pendidikan sangat
ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.
2.2
Pendidikan informal
a.
Tidak diselenggarakan secara khusus.
b.
Medan (lingkungan pendidikannnya) tidak
diadakan dengan
maksud khusus menyelenggarakan pendidikan.
c.
Tidak diprogramkan secara tertentu.
d.
Tidak ada waktu belajar tertentu.
e.
Metodenya tidak formal.
f.
Tidak ada evaluasi yang sistematis.
g.
Tidak diselenggarkan oleh pemerintah.
2.3
Pendidikan nonformal
a. Diselenggarakan dengan
sengaja di luar sekolah.
b. Peserta umumnya mereka yang
sudah tidak bersekolah.
c. Tidak mengenal jenjang dan
program pendidikan untuk jangka waktu pendek.
d. Peserta tidak perlu
homogen.
e. Ada waktu belajar dan
metode formal serta evaluasi yang sistematis.
f. Isi pendidikan bersifat
praktik dan khusus.
g. Keterampilan kerja sangat
ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan meningkatkan taraf hidup.
3.
Peranan dan Tujuan Tripusat
Pendidikan
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan
menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni
keluarga,sekolah,dan masyarakat,dan ketiganya di sebut tripusat pendidikan.
Lingkungan pendidikan yang mula-mula tetapi terpenting adalah keluarga. Pada
masyarakat yang masih sederhana dengan struktur social yang belim
kompleks,cakrawala anakn sebagian besar masih terbatas pada keluarga. Pada
masyarakat tersebut kelurga mempunyai dua fungsi: fungsi produksi dan konsumsi.
Ke dua fungsi itu menpunyai pengaruh yang sangat besar terhadap anak. Kehidupan
masa depan anak pada masyarakat tradisional umumnya tidak jauh berbeda dengan kehidupan
orangtuanya. Pada masyarakat tersebut,orangtua yang mengajar pengetahuan dan
keterampilan yang di perlukan untuk hidup; orang tua pula yang melatih dan
member petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan,sampai anak menjadi dewasa dan
berdiri sendiri. Tetapi pada masyarakat modern di mana indutrialisasi semakin
berkembang dan memerlukan spesialisasi, maka pendidikan yang semula menjadi
tanggung jawab keluarga itu kini sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan
lembaga-lembaga social lainnya. Pada tingkat yang paling permulaan fungsi ibu
sebagian sudah di ambil alih oleh pendidikan prasekolah. Pada tingkat
spesialisasi yang rumit, pendidikan keterampilan sudah tidk berada pada tinggi.
Bahkan fungsi pembentukan watak dansikap mental pada masyarakat modern di ambil
alih oleh sekolah dan organisasi social lainnya seperti perkumpulan pemuda dan
pramuka, lembaga-lembaga keagamaan, media massa, dan sebagainya.
3.1
Lingkungan Keluarga
Keluarga
merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena
hubungan semenda dan sedarah.keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti
(nucleus family: ayah, ibu dan anak ), ataupun keluarga yang di perluas
(disamping inti, ada orang lain :kakek/nenek, adik/ipar, pembantu, dan
lain-lain. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat
Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mula paling
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun akhirnya seluruh anggota
keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak. Disamping factor iklim social itu,
factor-faktor anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan
perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi
oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.
Fungsi
dan peranan keluarga, di samping pemerintah dan masyarakat, dalam sisdiknas
Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja, akan tetapi
keluarga ikut serta tanggu jawab terhadap pendidikan lainnya. Khususnya untuk
pendidikan keluarga, terdapat beberapa ketentuan dalam UU RI No. 2 Tahun 1989
tentang sisdiknas yang menegaskan fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian
tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan
keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan (pasal 10 ayat 4).
Dalam penjelasan undang-undang tersebut ditegaskan bahwa pendidikan keluarga
itu merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman
seumur hidup.
Menurut
Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang
sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan (pendidikan individual) maupun pendidikan
social. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk
melangsungkan pendidikan kea rah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi
kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai
penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Memang manusia
mempunyai naluri pedagogis, yang berarti bahwa buat ibu bapak perilaku
pendidikan itu merupakan akibat “naluri” untuk melanjutkan keturunan (Ki Hajar
Dewantoro, 1962; dari Wayan Ardhana, 1986: Modul 4/5-6).
Lingkungan
keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan
menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu
dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal.
Akhirnya
perlu ditegaskan lagi bahwa disamping pendidikan keluarga itu, keluarga juga
seyogianya, ikut mendukung program-program lingkungan pendidikan lainnya
(kelompok bermain, penitipan anak, sekolah, kursus / kelompok belajar, seperti
pramuka, palang merah remaja, dan lain-lain). Keikutsertaan keluarga itu dapat
pada tahap perencanaan, pemantauan dalam pelaksanaan, maupun dalam evaluasi dan
pengembangan, dan dengan berbagai cara (daya, dana, dan sebagainya). Dan tidak
kalah pentingnya adalah upaya koordinasi yang keserasian antar ketiga pusat
pendidikan itu.
3.2 Lingkungan
Sekolah
Di antara tiga pusat pendidikan,
sekolah merupakan sarana yang secara sengaja di
rancang untuk melaksanakan
pendidikan. Seperti telah di kemukakan bahwa karena kemajuan zaman, keluarga
tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda
terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakinpenting peranan sekolah
dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakatnya itu. Dari sisi lain, sekolah juga menerima banyak kritik atas
berbagai kelemahan dan kekurangan nya, yang mencapai puncaknya dengan gagasan
Ivan Ilich untuk membebaskan masyarakt dari wajib sekolah dengan buku yang
terkenal Bebas dari sekolah
(deschooling society, 1972/1982).
Salah
satu aternatif yang mungkin dilakukan disekolah untuk melaksanakan kebijakan
nasional itu adalah secara bertahap
mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan (training centre)
manusia Indonesia dimasa depan. Dengan kata lain, sekolah sebagai pusat
pendidikan adalah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena memanfaatkan
secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri
ke indonesian. Dengan demikian, pendidikan di sekolah seyogianya secara
seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan, dan
pemilikan keterampilan, peserta didik.
Suatu alternative yang mungkin
sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain :
Ø
Pengajaran yang mendidik
Yakni
pengajaran yang secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan instruksional
bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Hal itu dapat
terlaksana dengan efisien dan efektif apabila guru mempunyai wawasan
kependidikan yang mantap serta menguasai berbagai strategi belajar mengajar.
Penguasaan berbagai strategi belajar mengajar akan member peluang untuk memilih
variasi kegiatan belajar mengajar yang bermakna, sedangkan kemantapan wawasan
kependidikan akan member landasan yang tepat dan kuat di dalam pemilihan
tersebut.
Ø
Pengkajian untuk pembentukan pengetahuan-pemahaman, yang seyogianya diwujudkan
secara utuh, baik hasilnya (fakta,
pengertian, kaidah, dan sebagainya) maupun prosesnya. Untuk maksud tersebut,
pengalaman belajar harus dirancang dan dilaksanakan dalam bentuk yang beraneka
ragam, seperti :
a.
Dari segi caranya : mendengarkan
ceramah, membaca buku, berdiskusi, melakukan pengamatan langsung atau percobaan
laboratorik, dan sebagainya.
b.
Dari segi peranan subjek didik di
dalam pengolahan pesan (apa yang di pelajarinya): ekspositorik yakni pesan
diolah hanya oleh guru, ataukah heuristic/problematic yakni pesan diolah
bersama oleh guru dan siswa.
c.
Dari segi cara pengolahan pesan:
deduktif (dari umum ke khusus) ataukah induktif (dari khusus ke umum).
d.
Dari segi pengaturan subjek didik: kelompok
besar (klasikal), kelompok kecil ataukah perseorangan (individual).
Ø
Latihan sasaran untuk pembentukan keterampilan (fisik, social, maupun intelektual). Pembentukan
intelektual). Pembentukan keterampilan itu memerlukan perbuatan langsung, baik
dalam situasi nyata maupun simulative, disertai dengan pemberian balikan (feed
back) yang spesifik dan segera.
Ø
Penghayatan kegiatan/peristiwa surat nilai untuk sasaran
pembentukan nilai dan sikap (efektif),
dengan pelibatan secara langsung, baik sebagai pelaku maupun penerima
perlakuan.
Demikianlah
beberapa alternatif yang dapat di lakukan untuk meningkatkan fungsi sekolah
sebagai salah satu pusat pendidikan alternatif itu tentulah seiring dengan
upaya peningkatan mutu masukan instrumental dari sekolah, seperti kurikulum,
tenaga kependidikan, sarana/prasarana, dan lain-lain. Di samping itu, penataan
system persekolahan perlu pula mendapat perhatian khusus agar jenis dan jumlah
setiap jenis itu tertata secara proporsional sesuai dengan kebutuhan pembangunan,
baik dalam suatu wilayah (umpama provinsi) maupun untuk kebutuhan nasional.
Akhirnya perlu pula dikemukakan tentang siswa sebagai masukan dalam system
persekolahan, utamanya tentang kesesuaian kemampuan potensial dengan jenis dan
jenjang yang dicita-citakan. Kebutuhan masyarakat akan tenaga pembangunan yang
bermutu, baik pada lapis pelaksana maupun pada lapis perencana dan pemikir akan
sama pentingnya sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Dengan demikian,
bangsa Indonesia tidak hanya mampu swasembada ketenagakerjaan tetapi juga mampu
mengekspornya.
3.3 Lingkungan
Masyarakat
Kaitan
antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
a.
Masyarakat sebagai penyelenggara
pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah)
maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
b.
Lembaga-lembaga kemasyarakatan
dan/atau kelompok social di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut
mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c.
Dalam masyarakat tersedia berbagai
sumber belajar, baik yang dirancang (by
design) maupun yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa
manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh
manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata
lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan
sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul,
dan sebagainya.
Dari tiga hal tersebut diatas, yang kedua dan ketigalah yang
terutama menjadi kawasan dari
kajian masyarakat sebagai pusat
pendidikan. Namun perlu ditekankan bahwa tiga hal tersebut hanya dapat
dibedakan, sedangkan dalam kenyataan sering sukar di pisahkan.
Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung
pada taraf perkembangan dari
masyarakat itu beserta sumber-sumber
belajar yang tersedia di dalamnya. Untuk Indonesia, perkembangan masyarakat itu
sangat bervariasi, sehingga wujud social kebudayaan dalam masyarakat Indonesia
ini, menurut Koentjaraningrat (dari Wayan Ardhana,1986: Modul 1/71-72) paling
sedikit dapat dibedakan menjadi 6 tipe social-budaya, sebagai berikut:
a)
Tipe masyarakat berdasarkan system
berkebun yang amat sederhana, hidup dengan berburu, dan belum mempunyai
kebiasaan menanam padi. System dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil
tanpa diferensiasi dan stratifikasi yang berarti.
b)
Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan
bercocok tanam di lading atau sawah dengan tanaman pokok padi. System dasar
kemasyarakatannya adalah komunikasi petani dengan diferensiasi dan stratifikasi
social sedang, dan yang merasakan diri sebagai bagian bawah dari suatu
kebudayaan yang lebih besar. Gelombang pengaruh kebudayaan Hindu dan agama
Islam tidak dialami. Arah orientasinya adalah masyarakat kota dengan peradaban
kepegawaian.
c)
Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan
system bercocok tanam di ladang atau sawah dengan tanaman pokok padi. System
dasar kemasyarakatannya adalah desa komunitas petani dengan diferensiasi dan
stratifikasi social sedang, gelombang pengaruh kebudayaan Hindu tidak dialami
atau sangat kecil, sehingga terhapus oleh pengaruh agama Islam. Arah
orientasinya adalah masyarakat kota yang mewujudkan peradaban bekas kerajaan,
bergadang dengan pengaruh islam, bercampur dengan peradaban kepegawaian.
d)
Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan
system bercocok tanam di sawah dengan tanaman pokok padi. System dasar
kemasyarakatannya adalah komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi
social yang agak kompleks. Masyarakat ini mengalami semua gelombang pengaruh
kebudayaan asing. Seperti kebudayaan Hindu, agama Islam, dan Eropa. Arah
orientasinya adalah masyarakat kota yang mewujudkan peradaban kepegawaian.
e)
Tipe masyarakat perkotaan yang
mempunyai cirri-ciri pusat pemerintah dengan sector perdagangan dan industry
yang lemah. Tipe masyarakat metropolitan yang mengembangkan sector perdagangan
dan industry, tetapi masih di dominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintah
dengan suatu sector kepegawaian yang luas dan kesibukan politik ditingkat
daerah ataupun pusat.
Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok
social yang mempunyai
peran dan fungsi edukatif yang besar
antara lain: kelompok sebaya, organisasi kepemudaan (pramuka, karang taruna,
remaja mesjid, dan sebagainya), organisasi keagamaan, organisasi ekonomi, organisasi
politik, organisasi kebudayaan, media massa, dan sebagainya. Terdapat beberapa
fungsi kelompok sebaya terhadap anggotanya (Wayan Ardhana, 1986: Modul 5/19)
antara lain:
a)
Mengajar berhubungan dan
menyesuaikan diri dengan orang lain.
b)
Memperkenalkan kehidupan masyarakat
lebih luas.
c)
Menguatkan sebagian dari nilai-nilai
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.
d)
Memberikan kepada anggota-anggotanya
cara-cara untuk membebaskan diri dari pengaruh kekuasaan otoritas.
e)
Memberikan pengalaman untuk
mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak.
f)
Memberikan pengetahuan yang tidak
bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa
berpakaian, music, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-lain).
g)
Memperluas cakrawala pengalaman
anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks.
Akhirnya perlu dikemukakan salah satu factor dalam
lingkungan masyarakat yang makin
penting peranannya yakni media
massa. Pada umumnya media massa itu mempunyai tiga fungsi, yakni informasi ,
edukasi, dan rekreasi. Karena kemajuan teknologi komunikasi pada massa ini, dan
terlebih massa yang akan datang, maka media massa sedang mengalami perubahan
yang cepat. Media massa sebagai alat komunikasi dan rekreasi yang menjangkau banyak
orang telah menjadi suatu kekuatan pendorong yang besar dalam kehidupan orang. Wayan
Ardhana (1986: Modul 4/23) mengemukakan bahwa media massa memiliki tiga macam
pengaruh. Pertama, pengaruh
sosialisasi dalam arti luas, utamanya tentang sikap dan nilai-nilai dasar
masyarakat serta model tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua, pengaruh khusus jangka
pendek,media massa mungkin menyebabkan orang membeli produk tertentu ataupun
memberi suara/penting dapat dengan cara tertentu. Ketiga, media massa memberikan pendidikan dalam pengertian yang
lebih formal, yaitu dalam memberikan informasi atau menyajikan pengajaran dalam
suatu bidang studi tertentu.
4.
Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan
Dikaitkan dengan tiga poros kegiatan utama pendidikan
(membimbing, mengajar, dan
melatih seperti tersebut Ayat 1
Pasal 1 UU RI No. 2/1989), peranan ketiga tripusat pendidikan itu bervariasi
meskipun ketiganya melakukan kegiatan pokok dalam pendidikan tersebut. Kaitan
antara tripusat pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan untuk mewujudkan
jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemahiran keterampilan
dilukiskan pada Bagan 5.1 (hlm. 183).
Dari
Bagan 5.1 tersebut dilukiskan bahwa setiap pusat pendidikan dapat berpeluang
memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1)
Pembimbingan dalam upaya pemantapan
pribadi yang berbudaya.
2)
Pengajaran dalam upaya penguasaan
pengetahuan.
3)
Pelatihan dalam upaya pemahiran
keterampilan.
Kontribusi itu akan berada bukan hanya antarindividu, tetapi
juga factor pusat pendidikan itu
sendiri yang bervariasi di seluruh
wilayah Nusantara. Namun kecenderungan umum, utamanya pada masyarakat modern,
kontribusi keluarga pada aspek penguasaan pengetahuan dan pemahiran
keterampilan makin mengecil dibandingkan dengan kontribusi sekolah dan masyarakat.
5.
Kesimpulan
Dalam
memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada yang sengaja di
adakan (usaha sadar) dan ada yang tidak usaha sadar dari orang dewasa normatif
yang disebut pendidikan, sedang yang lain disebut pengaruh. Lingkungan yang
dengan sengaja di ciptakan untuk mempengaruhi anak ada 3 yaitu: lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah,dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini
disebut lembaga pendidikan atau satuan pendidikan dimana ketiga-tiganya
memiliki hubungan timbal balik dalam tanggung jawab mendidik anak.
5.1 Keluarga
Keluarga
adalah lingkungan yang pertama bagi anak. Disinilah ia pertama kali mengenal
nilai dan norma. Karena itu keluarga merupakan pendidikan tertua yang bersifat
informal pendidikan di lingkungan
keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuh kembangkan anak
sebagai makhluk individu social dan religious,
5.2 Sekolah
Sekolah
adalah lingkungan kedua bagi anak. Disinilah potensi anak akan ditumbuh
kembangkan. Sekolah merupakan tumpuan dan harapan orang tua, masyarakat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas sekolah lebih penting dalam menyiapkan
anak-anak untuk kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-semata sebagai
konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat
hubungannya dengan pembangunan.
5.3 Masyarakat
Masyarakat
adalah salah satu lingkungan yang sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi seorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, social budaya
dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut.
Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahaja, Umar. 2005 Pengantar Pendidikan Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Mudyaharjo, Redja. 2008 Pengantar Pendidikan Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Dalyono, m. 2005 Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Rostiawati, Yustina 1996 Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
0 comments:
Post a Comment