"KEMARAU"
Kemarau panjang melanda sebuah kampung. Tanah jadi retak dan sawah pun jadi kering kerontang. Orang kampug pun mulai resah dan gelisah. Sebetulnya ada sebuah danau dekat kampung itu. Akan tetapi, orang kampung ternyata lebih suka pergi ke dukun. Dan setelah tak juga keramat dukun itu memberi hasil, barulah mereka ingat pada Tuhan. Mereka pergilah setiap malam ke masjid mengadakan ratib, mengadakan sembahyang kaul meminta hujan. Tapi hujan tak kunjung turun juga.
Hanya Sutan Duano seorang pendatang di kampung itu yang berbuat lain. Pada ketika bendar-bendar tak mengalirkan air lagi, sawah-sawah sudah mulai kering dan matahari terus bersinar dengan maraknya tanpa gangguan awan sebondong pun, diambilnya sekerat bambu. Lalu disandangnya di kedua ujung bambu itu. Dan dua belek minyak tanah digantungkannya di kedua ujung bambu itu. Diambilnya air ke danau dan ditumpahkannya ke sawahnya.
Sutan Duano meyakinkan pentingnya mengangkut air danau ke sawah dengan cara bergotong royong kepada kepala kampung, petani yang memiliki sawah luas, ibu-ibu, dan entah siapa lagi. Usaha itu semua kandas. Akhirnya ia melaksanakan gagasannya sendiri, dan tentu saja dianggap aneh oleh penduduk kampung dan dianggapnya pula sebagai orang gila. Namun berkat kesabarannya akhirnya penduduk kampung banyak yang mengikuti jejaknya. Sutan Duano akhirnya meninggalkan kampung tersebut dengan menemui anaknya di kota.
0 comments:
Post a Comment